RADARSULBARNEWS

Usung Program Maccanga, Dispusip Target Indeks Literasi Meningkat

PEMAPARAN. Kepala Dispusip Mamuju, M. Fausan Basir memaparkan rencana program Maccanga di ruang teater serba guna, Rabu, 16 Juli 2025.

MAMUJU, RADARSULBAR NEWS — Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Mamuju mengusung program Maccanga (Mamuju Cerdas, Cakap, dan Gemilang dengan Aksara). Program ini diharapkan dapat meningkatkan capaian Tingkat Gemar Membaca (TGM) dan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) dalam dua tahun ke depan.

Kepala Dispusip Mamuju, M. Fausan Basir, menyebut program ini merupakan bagian dari Rancangan Proyek Perubahan dalam pelatihan kepemimpinan (Latpim) yang dia jalani di LAN Makassar. Maccanga, menurutnya, hadir menjawab beberapa tantangan mendasar yang selama ini menghambat kemajuan literasi, mulai dari rendahnya kunjungan ke perpustakaan, belum meratanya kualitas SDM literasi, hingga dampak masif digitalisasi.

“Kami menargetkan peningkatan TGM dari 58,43 menjadi 60 poin, dan IPLM dari 43,41 menjadi 45 poin pada tahun 2026. Ini bukan sekadar target angka, tapi komitmen menuju masyarakat literat,” ujar Fausan, Rabu 16 Juli.

Program Maccanga sendiri digulirkan dalam tiga tahapan. Dalam dua bulan pertama (0–2 bulan), Dispusip langsung tancap gas. Fokus utamanya adalah memasifkan kegiatan literasi berbasis komunitas, termasuk melatih relawan pustaka, menjalin kemitraan melalui MoU dengan sekolah, kampus, hingga lembaga pemasyarakatan (Lapas).

Salah satu gebrakan mencolok adalah perpanjangan jam layanan perpustakaan menjadi tujuh hari seminggu hingga pukul 21.00 WITA.

“Hasilnya, kunjungan masyarakat meningkat dua kali lipat. Bahkan, 70 persen pengunjung datang pada sore hingga malam hari,” ujarnya.

Masuk ke bulan ketiga hingga keenam, Dispusip menyiapkan peluncuran Maccanga e-Library, perpustakaan digital yang diharapkan menjawab kebutuhan masyarakat era digital. Tidak hanya itu, tahap ini juga menyasar pembentukan desa literat sebagai percontohan, serta menggelar aneka lomba literasi sebagai sarana kampanye masif. Targetnya, jumlah pengunjung perpustakaan mencapai 6.000 orang, dengan 10.000 buku berhasil dipinjam masyarakat.

“Kami ingin membuktikan bahwa literasi bukan hanya milik kota. Desa bisa jadi motor penggerak utama bila diberi ruang dan pembinaan,” imbuh Fausan.

Memasuki enam bulan hingga satu tahun pelaksanaan, Maccanga akan mengembangkan ekspansi program ke berbagai lini. Di antaranya perpustakaan desa, komunitas literasi lokal, dan sekolah-sekolah. Tak hanya itu, akan digelar Kemah Literasi, sebagai ruang belajar, diskusi, dan apresiasi bagi pegiat baca.

Fase ini juga menjadi momen evaluasi menyeluruh terhadap efektivitas program, baik dari segi pelayanan, dampak sosial, hingga capaian dua indikator utama yaitu Tingkat Gemar Membaca (TGM) dan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM).

Hasil awal disebut cukup menjanjikan. Dispusip mencatat peningkatan kunjungan hingga 100 persen, dengan puncak kunjungan terjadi setiap pukul empat sore.

Namun di sisi lain, sejumlah pihak mempertanyakan efektivitas program dalam mendorong peningkatan kualitas literasi, bukan sekadar angka kuantitatif. Salah satu pegiat literasi di Mamuju, Rei, menilai capaian indikator seperti TGM dan IPLM mesti dikaji lebih dalam, bukan hanya pada jumlah pengunjung atau buku yang dipinjam.

“Outputnya harus lebih konkret. Harus terukur dampaknya terhadap kemampuan berpikir kritis dan budaya baca warga, bukan hanya aktivitas seremonial,” tegas Rei.

Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Mamuju, Furqan, yang turut hadir, mengapresiasi program Maccanga, tapi menekankan pentingnya inovasi kolaboratif agar indeks literasi benar-benar meningkat secara kualitas.

“Membangun masyarakat literat dengan memulai dari desa itu merupakan trobosan. Lebih baik lagi bila itu kemudian diimplementasi, dengan melibatkan masjid di desa. Karena setiap desa pasti punya masjid. Bisa kolaborasi dengan Dewan Masjid Indonesia di Mamuju,” sarannya.

Upaya Dinas Perpustakaan Mamuju lewat Maccanga patut diapresiasi, terutama dalam konteks membumikan budaya literasi di tengah derasnya arus digital. Namun, keberhasilan program ini tak cukup diukur dari angka-angka semata. Yang lebih penting adalah substansi dari perubahan literasi masyarakat Mamuju.
(irf/jsm)

error: Konten dilindungi!!
Exit mobile version