MAMUJU, RADARSULBAR NEWS — Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Mamuju bakal memperkenalkan pembelajaran berbasis Artificial Intelligence (AI) dan coding pada siswa Sekolah Dasar (SD). Sementara kurikulum muatan lokal (Mulok) seperti pelajaran bahasa daerah justru mandek.
Kepala Seksi Kurikulum Bidang SD Disdikpora Mamuju, Arfiqah A. Pasanrangi mengatakan, pembelajaran AI dan coding bakal diperkenalkan dari kelas 1 hingga kelas 6 SD.
“Ini masih baru. Pelatihan guru pun baru akan dimulai dalam waktu dekat. Tidak semua guru dilatih, hanya beberapa fasilitator yang akan dibina oleh tim pusat,” ujarnya.
Meskipun efektivitas dari kurikulum AI belum bisa dipastikan, pelatihannya akan digelar menggunakan pola in-on-in. Di antaranya lima hari pembekalan, dua bulan penerapan di sekolah, lalu dievaluasi selama lima hari. Untuk tahap awal, program ini ditujukan bagi sekolah penerima BOS Kinerja.
Sementara itu, kurikulum bahasa daerah yang sedianya diterapkan mulai tahun ajaran ini justru belum menemui titik terang. Padahal wacana ini sudah disiapkan jauh hari sebelumnya.
“Masih menunggu Peraturan Bupati, buku ajarnya pun belum rampung akibat proses revisi yang belum selesai,” katanya.
Di sisi lain, pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ini juga mengalami penyesuaian. Jika tahun sebelumnya berlangsung dua pekan, kini dipersingkat menjadi lima hari dengan pendekatan ramah anak.
Hari pertama MPLS diisi dengan perkenalan sekolah bersama orang tua siswa, dan hingga hari ketiga, para orang tua masih mendampingi anak-anak mereka di lingkungan sekolah. MPLS juga dilengkapi dengan pembiasaan tujuh kebiasaan baik, seperti senam pagi bersama.
Terkait daya tampung, Kabupaten Mamuju sebenarnya masih mampu mengakomodasi siswa baru. Dari total 368 rombongan belajar (rombel), tersedia daya tampung untuk 1.304 siswa. Namun tidak semua sekolah terisi penuh. Di SD Puncak misalnya, dari kuota 56 siswa baru, hanya 40 yang mendaftar.
Meski secara aturan tidak lagi ada sekolah favorit, masyarakat masih cenderung menjadikan SD Inpres Rimuku, SD Inpres Karema, dan SD Negeri 1 sebagai pilihan utama. Akibatnya, siswa yang tak tertampung di sekolah tersebut dialihkan ke sekolah terdekat.
Plt. Kepala Disdikpora Mamuju, Khatma Ahmad membenarkan hal tersebut. Ia menegaskan bahwa penerapan AI tidak bisa serta-merta diberlakukan secara menyeluruh.
“Penerapan dari AI ini tentu bertahap. Tidak mungkin dipaksakan di seluruh sekolah, apalagi masih ada daerah blank spot. Kita sementara mendata sekolah-sekolah tersebut untuk dipasangi Starlink, agar kota dan desa bisa setara,” ujarnya.
Khatma menambahkan, pemanfaatan teknologi dalam pendidikan selaras dengan semangat Kurikulum Merdeka yang kini dieksplorasi bersama pendekatan deep learning. Pelatihan bagi guru juga telah dilakukan.
Ia menyebutkan, terkait wacana penerapan bahasa daerah dalam kurikulum itu masih harus menunggu.
“Insyaallah di bulan sepuluh kita akan launching. Juga akan ada pelatihan untuk guru-guru terkait pembelajaran bahasa daerah tersebut,” terang Khatma.(irf/jsm)