RADARSULBARNEWS

Peredaran Narkoba di Sulbar Masih Jadi Momok

MEMUSNAHKAN. Kepala Bidang Pemberantasan dan Intelijen, BNNP Sulbar, AKBP Dilia Tri Rahayu Setyaningrum ikut memusnahkan barang bukti jenis sabu di Kantor BNNP Sulbar, Rabu 29 November 2023. (Adhe Junaedi Sholat/Radar Sulbar)

MAMUJU, RADARSULBAR NEWS – Peredaran narkotika, psikotropika, dan obat terlarang (narkoba) tak henti-hentinya terjadi di Sulbar. Semua pihak mesti bersatu melakukan pencegahan.

Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulbar dan Direktorat Reserse (Ditresnarkoba) Polda Sulbar bahkan telah mengungkap beberapa kasus narkoba di awal tahun ini. Terbaru, BNNP Sulbar menggagalkan peredaran narkoba jenis sabu seberat 685,15 gram.

Kabid Pemberantasan dan Intelijen BNNP Sulbar, Kombes Pol Dilia Tri Rahayu Setyaningrum mengatakan, BNNP Sulbar tak henti-hentinya melakukan program pencegahan, untuk menjaga situasi tetap aman dan kondusif. Ia mengaku, banyaknya pintu masuk menjadi salah satu alasan maraknya peredaran narkoba di daerah ini.

“Banyak orang bisa masuk (ke Sulbar), mulai dari jalur Parepare hingga jalur Palu. Itu yang kemarin kami tangkap (kemarin) dari jalur Parepare, dari Malaysia diambil barangnya,” kata Kombes Pol Dilia, kemarin.

BNNP Sulbar, kata dia, bakal terus memperkuat langkah pemberantasan dan pencegahan dengan menambah Sumber Daya Manusia (SDM) di BNNP Sulbar dan BNNK Polman. Menurutnya, personel BNNP Sulbar dan BNNK Polman hanya berjumlah 14 orang. Minim sekali.

“Untuk ke depan, tentunya jaring laba-laba akan saya perkuat. Masalahnya sekarang, hambatan kita adalah SDM, keterbatasan SDM. Jadi, saya dan kepala BNNP Sulbar berusaha untuk menambah SDM, bermohon ke Kapolda Sulbar, namun sampai saat ini belum di ACC (disetujui),” ungkapnya.

Ia menambahkan, intensitas kerawanan peredaran narkoba di enam kabupaten se Sulbar terbesar terjadi di Polman. Ada tiga faktor penyebabnya.

“Pertama, Polman adalah kabupaten paling terbuka terhadap semua jalur. Kedua, jumlah manusia yang ada di Polman itu terbesar di Sulbar dan itu merupakan pangsa pasar ternyaman untuk pengedar, untuk disorot. Ketiga, dari sumber anggaran (pendapatan),” terangnya.

Menurutnya, sumber pendapatan masyarakat di Polman jauh lebih besar di banding di kabupaten lain. Hal itulah yang kemudian mereka mampu membeli narkoba.

error: Konten dilindungi!!
Exit mobile version