MAMUJU, RADARSULBAR NEWS – Harga emas terus menunjukkan tren kenaikan signifikan dalam sepekan terakhir. Kepala Pegadaian Cabang Mamuju, Abd. Samad, mengungkapkan bahwa harga emas Antam di Pegadaian per hari ini mencapai Rp 2.060.000 per gram. Sementara itu, emas merek Galeri 24 Pegadaian berada di angka Rp 2.009.000 per gram.
Kenaikan harga emas ini rupanya memicu fenomena fear of missing out (Fomo) di kalangan masyarakat Mamuju. Namun, Abd. Samad melihat hal ini sebagai tren positif. “Masyarakat terlihat Fomo, tapi alhamdulillah dalam arti yang baik. Karena mengarah ke menabung dan investasi,” kata Samad saat ditemui di ruangannya, Selasa, 22 April.
Di tengah lonjakan harga, masyarakat justru berbondong-bondong melakukan investasi emas, terutama dalam bentuk batangan. “Di Pegadaian, alhamdulillah terjadi kenaikan untuk investasi emas batangan. Dua minggu terakhir ini penjualan emas batangan itu dikisaran 2,5 kilo emas batangan 24 karat,” bebernya.
Investasi ini dilakukan baik secara tunai maupun melalui sistem cicilan, termasuk investasi emas digital. Selain investasi, transaksi gadai di Pegadaian Cabang Mamuju juga mengalami peningkatan setelah libur panjang usai.
“Untuk transaksi gadai di loket, setelah kemarin habis libur panjang, ada kenaikan tren transaksi. Baik digadai perpanjangan, kalau menebus masih stabil,” jelasnya.
Melihat tren positif ini, Abd. Samad mengajak masyarakat untuk ikut memanfaatkan momentum kenaikan harga emas dengan berinvestasi.
“Ayo masyarakat ikut Fomo juga dengan kenaikan harga ini. Ikut berbondong-bondong investasi emas batangan. Jangan tunggu uang lebih baru investasi. Harus memprioritaskan investasi emas dulu. Kemudian sisanya baru dibelanjakan. Sehingga ini dapat dirasakan manfaatnya,” imbaunya.
Lebih lanjut, Abd. Samad menjelaskan bahwa investasi emas memiliki manfaat ganda, terutama dalam menjaga nilai daya beli uang di tengah potensi inflasi. “Ini menjaga nilai daya beli uang. Karena kalau semua disimpan dalam bentuk rupiah, maka bisa terkena inflasi,” pungkasnya.
Berkah investasi emas ini berbanding terbalik dengan kondisi pedagang perhiasan. Pemilik toko emas di Pasar Sentral Mamuju, Munawir, mengaku daya beli di tokonya menurun drastis akibat kenaikan harga. Ia menduga kenaikan ini dipicu oleh dinamika ekonomi global. “Tahun lalu ramai, sekarang rata-rata hanya 5 orang per hari yang datang,” keluhnya.
Kenaikan harga emas di satu sisi, mendorong masyarakat untuk berinvestasi demi keamanan finansial jangka panjang. Di sisi lain, memukul bisnis penjualan perhiasan yang mengandalkan transaksi jual-beli harian. Fenomena “Fomo” investasi emas tampaknya lebih kuat menarik perhatian masyarakat Mamuju dibanding keinginan untuk membeli perhiasan.(irf/*)