RADARSULBARNEWS
KOLOM  

Tak Masalah Menjadi Generasi Muda yang Polimatik

Ilustrasi genarasi muda.

PENDIDIKAN mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis. Kata-kata yang disampaikan Aristoteles tersebut mempertegas bahwa perlunya seseorang menjadikan pendidikan dan ilmu sebagai tonggak kehidupan.

Oleh: Muhammad Fuad Tingai Very Juan
(HSE Officer RDMP JO dan Alumi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia)

Ilmu adalah kebutuhan dasar yang harus dimiliki setiap orang, segala sesuatu yang manusia lakukan harus berdasarkan dengan ilmu. Sesuatu tercipta dengan adanya ilmu, seseorang bisa saja menguasai banyak ilmu sekaligus dalam hidupnya, menjadi ahli di beberapa bidang, atau kerap kali disebut dengan polimatik.

Apa itu Polimatik?

Istilah Polimatik l mungkin tidak familiar untuk sebagian orang. Kata itu sendiri adalah sebutan bagi seseorang yang menguasai banyak bidang ilmu atau skill tertentu. Orang awam mungkin saja menyebutnya sebagai “si paling tahu”, karena memang pada dasarnya pengetahuan yang mungkin ia kuasai tak hanya terbatas pada satu bidang ilmu.

Kebanyakan dari kita hanya ingin mempelajari satu bidang pengetahuan dan fokus kepada hal tersebut. Namun dalam hal ini penulis tidak menyatakan Agama sebagai bagian dari ilmu yang dapat dikategorikan sebagai polimatik, karena ilmu agama sendiri adalah ilmu dasar dalam menjalani hidup.

Pola pikir inilah yang harus perlahan ditanamkan oleh generasi muda saat ini. Contoh nyatanya banyak dari kita hanya ingin berkerja terbatas pada latar belakang pendidikan yang kita emban, padahal aktualnya banyak peluang kerja yang kerap kali tidak sesuai dengan latar belakang SDM.

Dengan hal itu kita harus memaksa diri kita untuk cepat beradaptasi dengan kebutuhan industri yang ada.

Polimatik = Genius

Kita bisa mengambil contoh dari orang-orang yang dalam hidupnya menjadikan polimatik sebagai cara mereka mencari ilmu. Leonardo da Vinci kebanyakan dari kita hanya mengetahui ia sebagai pelukis ternama. Akan tetapi dalam jalan hidupnya Leonardo da Vinci menjadi arsitektur ternama pada masanya dan di berberapa sumber tertulis ia juga menjadi ahli anatomi yang cenderung kepada arah ilmu kedokteran.

Dari contoh sederhana tersebut membuktikan betapa geniusnya manusia Tuhan ciptakan. Menurut penulis menjadi genius adalah pilihan, hal itu dapat dikaitkan dengan pola pikir kita dan seberapa kuat kita mendapatkan ilmu.

Setiap bentuk keterbatasan memiliki celahnya untuk kita pecahkan, bergantung kepada individu tersebut menyikapi hal-hal yang ada.

Keterbatasan Sosial yang Menghalangi

Rasa ingin tahu seseorang perlu untuk didorong. Lingkungan menjadi penentu seseorang terdorong untuk mencari tahu akan sesuatu. Circle pertemanan yang nondestructive contohnya. Dari circle tersebut kita bisa banyak bertukar informasi, membangun kapasitas diri kita juga tentunya. Dengan berteman dengan seseorang yang “banyak tahu” kita bisa bertukar pikiran, mencari tahu kebenarannya dan dapat disimpulkan kita belajar secara alam bawah sadar.

Akan tetapi saat ini lingkungan yang umum dirasakan tidak akan selalu seperti itu, ketakutan-ketakutan yang men-destructive-kan diri kita, atau pertemanannya yang tidak positif menjadi momok dalam upaya kita menguasai banyak hal (polimatik) yang dalam hal ini penulis menyatakan sebagai keterbatasan.

Acuhnya individu dengan upaya individu yang lain mengisyaratkan betapa lemahnya mental dan rasa ingin tahu kita sebagai generasi muda. Dorongan yang kuat terbatas pada individu yang mungkin memiliki privilage tersendiri dari segi pendidikan, harta, dan lainnya.

Akan tetapi penulis berpendapat privilege bisa menjadi petaka atau keterbatasan juga bagi generasi muda, jika digunakan tidak sesuai dengan nilai yang harusnya ditanamkan.

Menyongsong Generasi Polimatik

Belajar tentang mesin tidak masalah bagi anak politik, mempelajari ilmu listrik tidak masalah bagi anak sosial. Meski demikian tidak ada pemaksaan untuk seseorang menjadi polimatik yang seutuhnya.

Pendapat di atas dibuat hanya penulis melihat dan mengamati sosial yang makin hari makin destruktif. Pendapat penulis memberikan isyarat untuk generasi muda perlu untuk menguasai banyak hal, melihat zaman yang semakin berkembang dan persaingan individu dengan individu lain dalam pengetahuan semakin acap kali di gandrungkan.

Menjadi polimatik bukan untuk menyombongkan diri, tetapi untuk mempersiapkan diri dalam menjalani mimpi-mimpi yang kita idamkan. (*)

error: Konten dilindungi!!
Exit mobile version