DIBALIK kebun nanas yang subur dan menggiurkan, terdapat kisah inspiratif seorang petani yang berhasil meraih omset puluhan juta sekali panen di kebun tanaman nanas yang dikelolanya. Sahuda petani asal Dusun Toyangan Desa Pasiang Kecamatan Matakali Polewali Mandar menjadi inspirasi warga sekitarnya karena sukses mengembangkan tanaman nanas.
LAPORAN: Amri Makkaruba (Polewali Mandar)
Di kebun seluas lebih kurang satu hektare, Suhadi menanam ribuan pohon nanas yang saat ini tingginya satu meter. Sahuda menceritakan perjalan panjangnya mengembangkan tanaman nanas. Awalnya menjalani perjuangan panjang dalam mengembangkan tanaman nanasnya bahkan mengorbankan tanaman kakao miliknya.
Kesuksesan Sahuda membudidayakan nanas dengan omset puluhan juta rupiah sekali panen. Warga di kampungnya menjuluki juragan nanas. Meski sudah lansia, hingga saat ini pria kelahiran 1956 itu masih energik dalam beraktifitas termasuk berkebun.
Awalnya budidaya tanaman nanas dilakukan sekedar coba-coba, memanfaatkan bibit yang diberikan tetangganya.
“Pertama dikasih (bibit) tetangga kebun, itumi selalu saya kembangkan dan pindahkan terus anakannya sampai seperti sekarang,” kata Sahuda kepada wartawan pekan lalu.
Seiring berjalannya waktu, Sahuda mulai fokus mengembangkan tanaman nanas. Bahkan tanaman kakao yang dulu mendominasi kebunnya dibabat habis karena harganya anjlok pada waktu itu.
“Dulu tanam kakao, karena harganya anjlok ditebang semua, diganti nanas,” ungkap Sahuda meyakinkan.
Sahuda memiliki sejumlah kebun nanas. Salah satunya berjarak sekira 100 meter dari tempat tinggalnya. Lokasinya mudah dijangkau karena tepat berada di samping jalan desa yang sudah dilapisi beton.
Sahuda tampak begitu lincah berjalan masuk ke tengah kebun, menerobos lebatnya daun tanaman nanas yang tumbuh tinggi. Dia tampak tidak kesulitan melewati dedaunan yang bagian tepinya terdapat duri.
“Kalau di sini sudah tidak banyak buahnya (nanas), karena sudah banyak yang panen. Tersisa sedikit buah,” ujarnya sembari memetik beberapa buah yang masih tersisa.
Menurut Sahuda, budidaya tanaman nanas telah ditekuni lebih kurang 10 tahun lalu. Nanas madu dan nanas bogor adalah jenis nanas yang dipilih untuk dibudidayakan.
Saat ini Sahuda memiliki lima titik kebun budidaya. Luas keseluruhan mencapai satu hektare.
“Total ada lima tempat (kebun budidaya), luas keseluruhan kurang lebih satu hektare. Lebih sepuluh ribu pohon,” ucapnya.
Diakui Sahuda, masa panen buah nanas yang dibudidayakan pada lima titik kebun miliknya, bisa berlangsung selama empat bulan dalam setahun. Karena hasilnya melimpah. Setiap pekan dia bisa memanen dengan omset mencapai Rp 3 juta.
Bahkan menurutnya, total omset yang diperoleh dari hasil menjual buah nanas sekali masa panen bisa mencapai puluhan juta rupiah.
“Mulai panen sampai habis empat bulanan. Sekali petik bisa dapat Rp 3 juta, biasanya setiap pekan ada mobil (pembeli) datang dari luar daerah,” tuturnya.
Untuk satu buah nanas hasil budidaya Sahuda dijual dengan harga bervariasi tergantung ukuran. “Paling mahal biasanya Rp 25 sampai 30 ribu per buah. Kalau paling murah bisa Rp 5 ribu per buah,” ucapnya
.
Meski sukses, proses budidaya nanas yang ditekuni Sahuda juga tidak luput dari tantangan. Selain karena serangan hama tikus yang tiada henti, dia juga pernah mendapat cobaan dari pembeli yang telah membawa satu mobil pikap nanas miliknya namun belum dibayar sampai saat ini.
“Kalau diserang tikus itu saya sudah anggap biasa, saya tidak pernah menyerah untuk merawat saya punya tanaman. Pernah juga ada orang ambil (buah nanas), harganya 2,5 juta belum terbayar sampai sekarang,” tandasnya.
Sementara salah satu warga bernama Wawan menyebut kualitas nanas yang dibudidayakan Sahuda jauh melebihi nanas di tempat lain. Selain karena rasanya sangat manis, dagingnya juga empuk dan lembut di mulut.
“Makanya saya tidak ragu merekomendasikan nanas dari sini. Rasanya tidak mengecewakan, sangat manis,” kata Wawan.
Wawan juga menyebut buah nanas dari kebun Sahuda tidak hanya memenuhi pasar lokal saja, juga telah tersebar ke luar daerah.
“Bukan hanya pedagang dari sini yang datang membeli, dari luar daerah seperti Pinrang sampai Makassar juga berdatangan ke sini,” pungkas Wawan.
Nah, bagi warga yang penasaran ingin merasakan manisnya buah nanas hasil budidaya Sahuda, atau ingin bermitra bisnis buah nanas bisa langsung berkunjung ke rumahnya. (*)