MAMUJU, RADARSULBAR NEWS – Badan Pusat Statistik (BPS) Sulbar melaporkan, Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali mencatatkan deflasi pada Februari 2025. Nilainya mencapai 0,24 persen.
Deflasi ini lebih rendah dari deflasi bulan Januari 2024 yang mencapai 0,32 persen. Gambaran deflasi terjadi di Kabupaten Majene sebesar 0,63 persen dengan IHK sebesar 105,48 dan inflasi terjadi di Mamuju sebesar 0,39 persen dengan IHK sebesar 104,56.
“Perkembangan harga berbagai komoditas pada Februari 2025 secara umum menunjukkan adanya penurunan,” kata Kepala BPS Sulbar, Tina Wahyufitri, Senin 3 Maret.
Penurunan harga itu terjadi pada kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 12,98 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,60 persen; kelompok transportasi sebesar 0.32 persen; dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,14 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 4,04 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,41 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,89 persen.
Begitu juga kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,21 persen; kelompok pendidikan sebesar 2,94 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,40 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,34 persen.
“Tingkat deflasi month to mont Provinsi Sulawesi Barat Februari 2025 sebesar 0,48 persen dan tingkat deflasi year to date sebesar 1,55 persen,” ungkapnya.
Menurut Tina, komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y pada Februari 2025, antara lain: tarif listrik, cabai merah, pisang, angkutan udara, beras, ikan tuna, bawang merah, pepaya, daging ayam ras, daun bawang, sawi hijau, besi beton, ikan cepa, popok bayi sekali pakai/diapers, masker, pasir, susu bubuk, wortel, pengharum cucian/pelembut, dan kentang.
Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y, antara lain: ikan layang, kopi bubuk, ikan cakalang, Sigaret Kretek Mesin (SKM), emas perhiasan, kontrak rumah, minyak kelapa, cabai rawit, ikan selar, Sigaret Putih Mesin (SPM), sewa rumah, cumi-cumi, ikan kembung, minyak goreng, gula pasir, gula merah, Sigaret Kretek Tangan (SKT), bayam, mie kering instan, dan biaya akademi/perguruan tinggi.
Sementara komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan deflasi bulanan pada Februari 2025, antara lain tarif listrik, bawang merah, tomat, daging ayam ras, dan ayam hidup. Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan inflasi m-to-m, antara lain: beras, ikan cakalang, emas perhiasan, cabai merah, dan bayam.
“Subkelompok yang mengalami inflasi tahunan tertinggi, yaitu subkelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 7,50 persen dan terendah yaitu subkelompok makanan sebesar 3,55 persen,” jelasnya. (ajs)