MAMUJU, RADARSULBAR NEWS – Penduduk Sulbar yang hidup di garis kemiskinan ekstrem dalam data Desil 1, diperkirakan mencapai 12.545 orang atau setara 0,86 persen. Tertinggi berada di Polewali Mandar (Polman) sebanyak 8.728 orang.
Tertinggi kedua berada di Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng) dengan 1.748 orang. Disusul Mamasa dengan 959 orang, Mamuju 657 orang dan Majene 453 orang. Sedangkan Pasangkayu datanya belum diketahui.
Data Susenas Maret 2024, tingkat kemiskinan di Sulbar sebesar 11,21 persen. Badan Pusat Statistik( BPS) juga mencatat tingkat kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan yang mengalami kenaikan. Pada Maret 2023 angkanya hanya 0,75 persen. Setahun setelahnya, angka kemiskinan ekstrem menjadi 1,46 persen.
Kemiskinan Ekstrem adalah kondisi ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar, yaitu makanan, air bersih, sanitasi layak, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan dan akses informasi terhadap pendapatan dan layanan sosial.
Seseorang dikategorikan miskin ekstrem jika pengeluarannya di bawah Rp 10.739/orang/hari atau Rp 322.170/orang/bulan.
Kepala Bidang Penanganan Fakir Miskin Dinas Sosial (Dinsos) Sulbar, Idham Halik Aco Gello, mengatakan, data tersebut diambil berdasarkan Persentil 1 desil 1 kemiskinan ekstrem. Desil adalah kelompok per-sepuluhan yang menunjukkan tingkat kesejahteraan rumah tangga.
“Artinya rumah tangga yang masuk dalam kelompok 1-10 persen memiliki penghasilan kurang dari Rp 253.514 per orang per bulan,” kata Idham, saat dikonfirmasi, kemarin.
Dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan P3KE, seluruh rumah tangga dikelompokkan ke dalam 10 desil. Desil 1 merupakan kelompok dengan tingkat kesejahteraan paling rendah secara nasional.
Idham Halik mengungkapkan, Polewali Mandar (Polman) sebagai kabupaten dengan tingkat kemiskinan ekstrem tertinggi sebanyak 8.728 jiwa. “Kemiskinan ekstrem di Polman memiliki persentase 1,78 persen,” ujarnya.
Kepala BPS Sulbar, Tina Wahyufitri menuturkan, berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2024, tingkat kemiskinan di Sulbar tercatat sebesar 11,21 persen. Turun 0,28 persen dibandingkan Maret 2023.
Meski terjadi penurunan angka kemiskinan, BPS mencatat adanya peningkatan pada tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan atau kemiskinan ekstrem di daerah tersebut.
“Angka kemiskinan adalah indikator penting untuk melihat efektivitas upaya pengentasan kemiskinan di suatu wilayah. Sementara angka kemiskinan ekstrem menjadi prioritas nasional,” kata Tina, kemarin.
Tina mengungkapkan bahwa peningkatan kemiskinan ekstrem di Sulawesi Barat ini disebabkan oleh penurunan pengeluaran pada penduduk berpenghasilan rendah, terutama mereka yang termasuk dalam kategori miskin ekstrem. (ajs)