Ulumandaq dan Ulusalu - RADARSULBAR NEWS
RADARSULBARNEWS

Ulumandaq dan Ulusalu

Budidaya padi ladang oleh masyarakat Ulumandaq yang tinggal di kaki bukit Tandiallo (25 Februari 2024). Fotografer: Muhammad Ridwan Alimuddin
pasang

SALAH satu penyebab sehingga Ulumandaq terbelakang adalah, “Para swapraja dan anggota hadat jarang atau tak pernah berkunjung. Di mana kapten-kontrolir sangat sibuk dengan tata cara pemerintahan di sepanjang jalan raya dan di antara orang-orang Mandar di pesisir, sehingga hampir tidak ada seorang pamong praja berkunjung ke Ulu Mandaq,” ungkap Leyds.

Meski dari segi kebudayaan Ulumandaq lekat dengan Ulunna Salu, tapi dia dimasukkan ke Kerajaan Sendana yang notabene kerajaan pesisir, “indo” di persekutuan Pitu Baqbana Binanga. Kebijakan itu, oleh Leyds, dianggap kekeliruan yang menyebabkan pembangunan Ulumandaq tertinggal, baik dengan saudara dekatnya di Ulu Salu, maupun dengan saudara jauhnya di Baqba Binanga.

Leyds berkata, “Seandainya Ulu Mandaq pada 1907-1909 digabungkan Pitu Ulunna Salu, maka pada 1916/1919 akan digabungkan pada Onderafdeling Mamasa yang pada waktu itu dibentuk dan pasti akan mengalami suatu perkembangan yang menguntukan. Keadaannya yang selalu memberatkan Onderafdeling Majene, sekarang ini tersaring dengan sebuah jalan penghubung yang jelek ke sana, penduduk sebagai pengembara dengan asal usulnya yang jauh berbeda dengan seluruh penduduk dari Onderafdeling Majene.”

Sebagai masyarakat agraris dengan tradisi ‘peladang berpindah’, penduduk Ulumandaq awalnya tidak terkonsentrasi di satu dua kampung. Tapi menyebar di bukit-bukit, di mana di situ mereka menanam padi. Aktivitas yang sama masih berlangsung belum terlalu lama. Menurut Mono (78), seorang tokoh masyarakat di Taukong, “Kampung itu sering kosong karena warganya bisa sampai enam bulan di kebun menjaga lahannya. Nanti balik setelah panen. Sering itu orang dinikahkan di kebun, demikian juga kalau ada yang meninggal dunia, dimakamkan dekat kebun.”

Leyds menyampaikan bahwa pernah ada usaha memindahkan orang-orang Ulumandaq ke pesisir, “… atas perintah Asisten Residen Hondius van Harwerden pada 1916 dipindahkan ke daerah pesisir, yaitu Tamarimbi, terletak antara Tandiallo dengan Malunda … setengah tahun kemudian, kampung Seppong yang dianggap sebagai ibukota Ulumandaq dibakar oleh tentara.”

Hal itu memberi dampak negatif pada orang Ulumandaq. Leyds menuliskan bahwa banyak yang meninggal dan yang hidup lari, kembali mengembara di Ulumandaq. Mereka dianggap takut untuk menetap di suatu tempat atau untuk membangun sebuah rumah. Baru pada 1929 kepada penduduk secara resmi diizinkan untuk menetap di Ulu Mandaq dengan syarat membangun sebuah tempat tinggal yang tetap pada sisi jalan yang sudah ada.

Sejak 1929 penduduk sibuk dengan pengolahan ladang yang tidak teratur. Hanya beberapa yang memiliki rumah pemanen yang pantas; banyak yang berpindah dari satu ladang ke ladang lain. Hanya beberapa saja yang menanam di pekarangan rumah atau kebun dekat rumah mereka. Terdapat beberapa kebun kopi, tetapi sama sekali tidak terpelihara, karena tidak secara teratur diadakan penanaman baru.

Komoditas utama orang Ulumandaq di masa silam adalah padi, kopi dan hasil hutan seperti damar dan rotan. Kata Leyds, jika dibanding dengan pekerjaan sama yang dikerjakan oleh rakyat Pitu Ulunna Salu, yakni hasil kebun, hasil pekerjaan orang Ulumandaq tidak terlalu menguntungkan.

Dewasa ini sudah banyak budidaya padi sawah di Ulumandaq, khususnya Kaloqbang, Ulumandaq, Popenga, Urekang dan sekitarnya. Tapi dulu tidak. Tradisi budidaya padi sawah diinisiasi oleh pemerintah Belanda.

Leyds menuliskan, “Pada 1936 untuk beberapa bulan lamanya telah ditempatkan seorang pembantu Bestuut Asisten. Penduduk di tiga tempat dipaksakan mengerjakan sawah. Sewaktu dia pergi tinggalkan tempat pekerjaannya, tinggal hanya satu desa ialah Batulotong yang secara sendiri-sendiri melanjutkan penggarapannya. Kini terdapat 8 ha sawah yang indah.” Yang dimaksud Batulotong adalah Popenga, bukan Batulotong yang dilintasi jalan Trans Sulawesi saat ini. (*)

Bersambung…

error: Konten dilindungi!!
Exit mobile version