Sementara itu, negara di kawasan ASEAN yang mengalami kontraksi adalah Filipina (49,7), Thailand (48,9), dan Malaysia di level 47,8.
Di sisi lain, PMI Manufaktur sejumlah negara di belahan dunia lainnya, seperti Jerman (39,1), Inggris (42,5), Belanda (45,9), Amerika Serikat (47,0), Korea Selatan (48,9), dan Jepang (49,6), juga tergambarkan sedang tidak baik-baik saja. Hanya Tiongkok yang masih menunjukkan kinerja ekspansi, yakni di level 51,0.
Adanya gambaran dari S&P Global itu telah mendongkrak rasa percaya diri pelaku industri manufaktur di tanah air. Mereka pun melakukan perluasan usahanya karena didukung permintaan pasar yang meningkat dan kebijakan pemerintah yang probisnis.
Apalagi, Bank Indonesia telah mengeluarkan pernyataan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 diperkirakan tetap kuat pada batas atas kisaran 4,5 persen–5,3 persen.
Menanggapi tren tersebut, Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengemukakan, laju ekspansi PMI Manufaktur ini masih didorong oleh pertumbuhan dari permintaan baru, terutama permintaan luar negeri atau global yang turut memacu percepatan produksi. “Hal ini juga berdampak pada penambahan serapan tenaga kerja,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (1/9/2023).
Dari gambaran di atas, PMI Manufaktur Indonesia pada Agustus 2023 menggenapkan selama 24 bulan berturut atau sepanjang dua tahun terakhir ini berada di atas 50 poin, menandakan bahwa sektor manufaktur Indonesia masih bertahan dalam kondisi ekspansif. Laju ekspansi PMI Manufaktur Agustus 2023 juga merupakan yang paling cepat dalam kurun waktu hampir setahun.
Menperin menjelaskan, geliat industri manufaktur di Indonesia juga terlihat dari capaian positif Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Agustus 2023 yang dirilis oleh Kementerian Perindustrian, dengan mencapai level 53,22 atau dalam fase ekspansi.
Bahkan, pertumbuhan impresif dari industri manufaktur nasional tampak pula dari hasil Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia pada triwulan II-2023 yang menunjukkan ekspansi sebesar 52,39 persen, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya 50,75 persen.
Baik hasil survei PMI manufaktur maupun IKI sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,17 persen pada triwulan II-2023, dengan sektor industri berkontribusi sebesar 16,30 persen terhadap PDB di periode tersebut.
“Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pengembangan industri sudah pada jalurnya. Kinerja positif ini menunjukkan optimisme yang tinggi di sektor industri manufaktur dalam menilai prospek ekonomi Indonesia ke depan,” kata Menperin.