RADARSULBARNEWS

Imbas Perang Iran-Israel, Drama Mencekam di Udara Iringi Kepulangan Haji Mamuju

TIBA. Rombongan jamaah Haji tiba di Rumah Adat Mamuju, Rabu malam, 18 Juni 2025.

MAMUJU, RADARSULBAR NEWS – Malam penyambutan kloter 10 jemaah haji Mamuju di Rumah Adat Mamuju, Rabu malam 18 juni, tak hanya diwarnai rona syukur atas kembalinya 258 jemaah dalam kondisi lengkap dan sehat. Di tengah kebahagiaan tersebut, tersimpan sebuah cerita menegangkan dari perjalanan pulang.

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Kloter 10, Kasman, saat menyampaikan pesan dan kesan penyambutan jamaah haji. “Ketika kami naik pesawat, sesungguhnya jamaah ini tidak tahu karena pramugari yang membisikkan kepada kami bahwa kami kemarin setelah meninggalkan Kota Jeddah itu kita menempuh perjalanan agak panjang dari India, belok tidak melalui rute yang telah ada,” tutur Kasman.

Ia melanjutkan, “Waktu itu telah berlangsung perang antara Iran dan Israel. Terbukti pesawat-pesawat Saudi yang juga melakukan penerbangan di belakang pesawat yang kami tumpangi kemarin itu melakukan pendaratan darurat di Bandara Kualanamu Medan dan semua penumpang atau jamaah itu dievakuasi,”

Alasan di balik pendaratan darurat tersebut, menurut Kasman, tak lain karena adanya pesan yang masuk ancaman bom di pesawat tersebut. Kasman menjelaskan keputusannya untuk merahasiakan insiden tersebut demi ketenangan jemaah selama penerbangan.

“Alhamdulillah kita bisa sampai saat ini. Informasi ini saya dapatkan dari pramugari kemarin saya diamkan, saya tidak mau sampaikan kepada jamaah nanti itu yang menjadi pikiran,” ungkapnya.

Terlepas dari ketegangan di udara, Kasman menyampaikan rasa syukur atas kelancaran keseluruhan penyelenggaraan haji tahun ini. “Terima kasih yang setinggi-tingginya kepada pemerintah daerah dan seluruh instansi terkait yang telah memberikan dukungan dan bantuan terhadap penyelenggaraan haji tahun ini sehingga bisa berjalan dengan lancar baik sesuai harapan kita,” ucapnya.

Tak lupa, ia juga memohon maaf kepada seluruh pihak jika dalam perannya mengayomi jemaah masih terdapat kekurangan. “Mungkin dalam kami mengayomi atau membawa jamaah kita tahun ini mungkin masih ada yang kurang dan itulah manusia biasa,” ujarnya.

Cerita ini menjadi pengingat bahwa perjalanan ibadah haji tak hanya menguji fisik dan mental jemaah, tetapi juga kesigapan para petugas pendamping dalam mengelola setiap kemungkinan yang terjadi.(*)

error: Konten dilindungi!!
Exit mobile version