ISTILAH “tomakakaq” dulu umum digunakan di petuanan-petuanan hadat di seatero Mandar. Belakangan istilah itu terbatas digunakan oleh petuanan di pegunungan atau kawasan Ulu Salu.
Sebagaimana ikrar terakhir dalam Allabungang Batu di Luyo “Tomakaka di Pitu Ulunna Salu, Maraqdia di Pitu Baqbana Binanga,” , dalam buku “Sejarah Mandar” karya M. T. Azis Syah (1997).
Tomakaka adalah orang yang dituakan dan menjadi pemimpin kelompok dalam masyarakat dahulu kala sebelum periode Pemerintahan Pappuangan ‘Hadat’. Berasal dari kata “to” (orang) dan “makaka” (lebih kakak atau lebih tua). Ada juga yang mengatakan, menurut bahasa penduduk yang mendiami wilayah daerah pegunungan daerah Mandar, perubahan dari kata tomaka-maka ‘orang yang sanggup’ memimpin karena dipenuhinya sejumlah syarat tertentu.
Kelompok dan wilayah masyarakat yang dipimpin dan diayominya walaupun kecil dan jumlah penduduknya sedikit tetapi mempunyai kedaulatan kedalam dan keluar. Lontara milik Mohammad bekas Kapala Laumase menyebut Tomakaka yang pertama bertempat tinggal di Ulu Sa’dang. Ada yang menyebutnya Tomakaka Pullaomesa. Dalam perkembangan masyarakat selanjutnya muncullah banyak Tomakaka.
Dalam Ensiklopedi Mandar karya Suradi Yasil, yang mengutip dari beberapa sumber, disebut persebaran Tomakaka di Mandar. Berdasar dari Lontara Mohammad menyebutkan sejumlah Tomakaka di wilayah Pitu Baqbana Binanga dan Pitu Ulunna Salu yaitu (1) Tomakaka Ulu Saqdang, (2) Tomakaka Metting (Rantebulahang), (3) Tomakaka Rantebulahang, (4) Tomakaka Lembangmapi (Allu), (5) Tomakaka Makulaq (Pambusuang), (6) Tomakaka Salimboqbo (Sambabo – Ulu Mandaq), (7) Tomakaka Lenggo, (8) Tomakaka Batubulawang, (9) Tomakaka Garombang (Bulo), (10) Tomakaka Taramanuq, (11) Tomakaka Poyosang, (12) Tomakaka Saragiang (Allu), (13) Tomakaka Ambopadang (Tu’bi), (14) Tomakaka Kalapa Dua (Kunyiq), (15) Tomakaka Passokkorang, (16) Tomakaka Malambi (Campalagian), (17) Tomakaka Kanamanga, (18) Tomakaka Titie (Mapilli), (19) Tomakaka Lera-Lerang, (20) Tomakaka Napo, (21) Tomakaka Pangale (Samasundu), (22) Tomakaka Sajoang, (23) Tomakaka Salarriq, (24) Tomakaka Leppong (Renggeang), (25) Tomakaka Puttanginor, (26) Tomakaka Petuiq (Tandassura), (27) Tomakaka Salabose (Banggae), (28) Tomakaka Buttupaung, (29) Tomakaka Tande (Banggae), (30) Tomakaka Balombong (Pamboang), (31) Tomakaka Sode (Banggae), (32) Tomakaka Salunase (Tappalang), (33) Tomakaka Puttaqda (Sendana), (34) Tomakaka Seppong (Ulu Manda), (35) Tomakaka Tabang (Mamasa), (36) Tomakaka Binuang, (37) Tomakaka Lebani (Mamuju), (38) Tomakaka Kalumpang, (39) Tomakaka Kalukku (Mamuju), dan (40) Tomakaka Lemo (Mamuju).
Selain nama-nama Tomakaka yang empat puluh orang di atas dalam lontar dan folklore Mandar disebut pula nama-nama lainnya, yaitu Tomakaka Pamboang, Tomakaka Puttanoeq, Tomakaka Pequrangang, Tomakaka Samasundu, Tomakaka Mosso, Tomakaka Toda-Todang, Tomakaka Mammi, Tomakaka Ulu Mandaq, Tomakaka Poralle, Tomakaka Salogang, Tomakaka Penanian, Tomakaka Dara, Tomakaka Tandakan, Tomakaka Kaleo, Tomakaka Amola’, Tomakaka Biru, Tomakaka Passembaran, Tomakaka Paropo, Tomakaka Kanang, Tomakaka Rea, Tomakaka Lemo (Tonyamang), Tomakaka Sullewatang (Takatidung), dan Tomakaka Kirri-Kirri.
Menurut Harmegi, jurnalis – penulis dari Taukong, Ulumandaq dalam tulisannya, “Mengenal Ada’ Tuho: Tinjauan Histori dan Prediksi Masa Depan” (2014), yang mendapat informasi dari tokoh adat Ulumandaq bahwa “adaq tuho” dibawa oleh Daeng Malulu dari Bumi Kondosapata (kira-kira Rattebulahan sekarang) yang pada mulanya disebut adaq mappuraondo atau adaq simemanga.
Daeng Malulung disebut berasal dari Rattebulahan pergi ke Ulumanda dan memiliki sejumlah saudara yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin adat di banyak kampung. Dikisahkan bahwa Daeng Malulung adalah salah satu dari nene’ tosappulo mesa (sebelas bersaudara). Informasi ini sesuai dengan tulisan M. T. Azis Syah.
Menurut Harmegi, ada banyak Tomakakaq Ulumandaq sebelum Tomatindo di Tandeallo. Pertama adalah Daeng Malulung, kemudian Daeng Maringngiq, Tandi Lattu, Randang Tambottu, Sappe Allo, Topa Iya-Iya, Larri Bunga, Samboja, Sappe Padang, Raja Mandaq, Punggalung, Tagalu, Pumbakaq (Umbakaq), Urraima.
Setelah Urraima barulah Marrakkasa, Daeng Pasolo, Daeng Pajalang, Daeng Pagunung, Fachri Daeng Padjalang, dan Muhammad Idris. Muhammad Idris adalah Tomakakaq Ulumanda ke-20 yang dilantik November 2023, beliau putra Daeng Pagunung. (*)
Bersambung…