RADARSULBARNEWS

Ulu Mandaq yang Dirindukan Baqba Mandar

Jalan menuju menuju perbukitan Ulumandaq dari Salotambung ke Kabiraan. Tampak Tanjung Baturoro (21 Februari 2024). (Fotografer: Muhammad Ridwan Alimuddin)

“Ulu Mandaq sullurang bassinnai Pitu Ulunna Salu, rinding bulawannai Pitu Baqbaba Binanga.”

Kutipan di atas menyiratkan peran penting Ulu Mandaq (untuk selanjutnya ditulis Ulumandaq), dalam percaturan sejarah ke-Mandar-an yang tidak banyak kita ketahui. Terdapat dalam tulisan MT. Azis Syah, “Terbentuknya Sejarah Mandar”.

Saat ini Ulumandaq adalah nama kecamatan di Kabupaten Majene. Terletak di antara Kecamatan Tubo Sendana dengan Kecamatan Malunda. Sewaktu di masa pemerintahan Belanda, dimulai 1909, Ulumandaq adalah salah satu distrik di Zelf Bestuur Sendana atau pemerintahan sendiri dan juga disebut Landschap Sendana, di Onderafdeling Majene. Distrik Ulumandaq terbagi atas delapan desa, yakni Seppong, Kabiraan, Taukong, Sambabo, Tasambulang, Popenga, Tammajannang, dan Urekang.

Bagi saya, yang berasal dari “Baqba Mandar” (muara Sungai Mandar), “Ulu Mandaq” (hulu Sungai Mandar) laksana “saudara sedarah yang tak pernah bertemu”. Ada kerinduan untuk mendatangi, bertemu dengannya.

Akhir Januari 2024 kembali saya memulai perjalanan menggunakan sepeda bertajuk Ekspedisi Bumi Mandar. Kali ini bertema Ulumandaq, sebuah kawasan yang bagi sebagian dari kami yang ada di pesisir Teluk Mandar, adalah “terra incognita”: tak terjangkau; wilayah “peripheral”, daerah pinggiran nan jauh.
Idenya masuk kawasan Ulumandaq lewat Tuqbi, Pirian dan Besoanging (Kecamatan Tutar, Kabupaten Polewali Mandar), tapi saat saya berada di Besoanging, warga setempat menyampaikan bahwa memang ada jalan, tapi belum bisa dilalui motor. Kalau tidak bisa motor, untuk sepeda pun akan berat. Jadi saya memuskan untuk ubah haluan, dari Besoanging menuju Bulo-bulo (singgah berziarah di makam Tosalamaq di Bulo-bulo), Tibung, Puppuuring, Alu dan kembali ke Pambusuang. Perjalanan di atas memakan waktu satu pekan.

Usai pemilu, perjalanan kembali dilanjutkan, lewat pesisir. Dari Pambusuang menuju Salotambung, mendaki ke Kabiraan dan saat tulisan ini saya buat (Minggu, 25 Februari), saya sedang berada di Taukong, usai naik – turun puncak Buttu Tandeallo, ketinggian dari permukaan laut hampir satu kilometer.
Jarak 10-an km ditempuh sekitar empat jam. Sekedar perbandingan, jalan kaki di jalur datar, waktu tempuhnya sekitar dua jam. Jadi dua kali lipat lebih lambat. Itu karena harus naik – turun beberapa bukit. Untuk sekarang sebagian besar jalan sudah dicor semen, jadi lancar. Waktu saya jalan kaki di rute yang sama pada April 2019, jalannya berupa tanah. Waktu itu hujan, becek bukan main. Beberapa kendaraan bermotor tenggelam bannya.

Kondisi jalan dan fasilitas yang tak memadai di kawasan Ulumandaq tak hanya dikeluhkan oleh kita yang hidup di masa ini. Pemerintah Belanda hampir satu abad lalu pun menyampaikan hal yang sama.
Itu terdapat dalam buku berbahasa Belanda, “Memorie van Overgave van W. J. Leyds, Assistent Resident van Mandar te Madjene (1940)”.

Salah satu bagian tentang perjalanan dinas W. J. Leyds ke Ulumandaq pada September 1937, “… mereka berada pada keadaan yang sama seperti penduduk Pitu Ulunna Salu. Dilihat dari semua sudut mereka sangat terbelakang. Jalan-jalan yang baik untuk pengiriman produksi dan untuk pelaksanaan pemerintahan yang sangat diperlukan tidak ada. Tak dapat menjalankan perjalanan dinas dengan menunggang kuda … Penduduk tak pernah menikmati penyuluhan pertanian. Sekolah pun tidak ada. Pelaksanaan pemerintahan adalah selalu paling tidak sempurna. Dari semua distrik yang ada di Onderafdeling Majene, Ulu Mandaq sejak bertahun-tahun lamanya selalu yang terbelakang baik dalam soal pajak maupun dalam hal kerja rodi.”.

Jalan lumayan baik sedikit saja, dari pantai menuju Kabiraan. Kata Leyds, “… Satu-satunya kekecualian atas gambaran di atas adalah bagian setengah dari jalan dari pantai sampai Kabiraan. Karena itu terhalang perkembangan ekonominya. Hidup mereka juga sangat miskin.” (.)

Bersambung…

error: Konten dilindungi!!
Exit mobile version