Cara Pemeriksaan Tuberkulosis
Pemeriksaan tuberkulosis kini dapat dilakukan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR), sebuah teknik yang mampu mendeteksi DNA Mycobacterium tuberculosis (MTB) secara in vitro.
dr. Yudhi Pramono menegaskan bahwa PCR TBC memiliki sensitivitas tinggi dan menjadi metode diagnostik cepat untuk TBC paru. PCR juga dapat mendeteksi resistensi MTB, yang tidak bisa ditemukan melalui metode mikroskopis (Bakteri Tahan Asam/BTA).
“Cara kerja PCR TBC adalah dengan memperbanyak DNA secara enzimatis dan mendeteksi DNA Mycobacterium tuberculosis berdasarkan siklus termal,” ucapnya.
Berdasarkan Surat Edaran (SE) Dirjen P2P Nomor HK.02.02/III.1/936/2021, Tes Cepat Molekuler (TCM) ditetapkan sebagai alat diagnosis utama untuk TBC di Indonesia.
TCM adalah alat diagnostik cepat berbasis PCR yang mendeteksi bakteri MTB penyebab TBC. Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki sekitar 2.430 TCM yang tersebar di seluruh provinsi dan kabupaten/kota.
Tes ini menggunakan sampel dahak, tetapi tidak semua pasien mampu mengeluarkan dahak, sehingga menjadi tantangan dalam diagnosis.
“Untuk mengatasi kendala dalam pengambilan spesimen dahak, Indonesia kini tengah melakukan studi validasi klinis alat diagnostik PCR menggunakan spesimen dari tongue swab (usap lidah),” ucapnya.
Penelitian ini diperkirakan selesai pada Februari 2025, dan dilakukan oleh Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) dengan dukungan dari Bill & Melinda Gates Foundation.
Penelitian masih berlangsung di Unpad dan UNS, bekerja sama dengan Bill & Melinda Gates Foundation. Jika validasi berhasil, inovasi ini akan menjadi solusi dalam pengambilan spesimen yang lebih mudah, dibandingkan dengan spesimen dahak yang sulit diperoleh.
Sebagai bagian dari Quick Win Kesehatan, pemerintah berkomitmen untuk menurunkan insidensi TBC dan meningkatkan deteksi dini melalui berbagai strategi, termasuk optimalisasi skrining di daerah padat penduduk untuk menemukan lebih banyak kasus TBC sejak dini, penguatan layanan diagnostik dengan teknologi PCR dan TCM yang lebih cepat dan akurat, percepatan penelitian inovasi diagnosa berbasis spesimen air liur guna mengatasi tantangan dalam pengambilan spesimen dahak, serta investigasi kontak secara agresif, dengan minimal 8 orang diperiksa untuk setiap kasus TBC yang ditemukan.
Pemerintah menargetkan eliminasi TBC di Indonesia pada 2030, sejalan dengan target global WHO. Dengan strategi yang terintegrasi dan dukungan penuh dari tenaga kesehatan, kader, serta masyarakat, Indonesia semakin optimis dalam menekan angka kejadian TBC. (*)