RADARSULBARNEWS

Wujudkan Pertumbuhan Berkelanjutan, Perbankan Syariah Perkuat Implementasi GRC Terintegrasi

Dari ki-ka: Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Hery Gunardi, Ketua Umum Asosiasi GRC Indonesi Mas Achmad Daniri, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Ilya Avianti,Direktur Manajemen Risiko PT Bank Mandiri Tbk Ahmad Siddik Badruddin, dan Komisaris Utama PT Bank KB Bukopin Tbk Jerry Marmen pada Seminar Nasional Asbisindo yang mengangkat tema ‘Implementasi Governance, Risk, & Compliance (GRC) Terintegrasi pada Perbankan Syariah di Era 4.0’ di Gedung The Tower Jakarta, Rabu (06/09).

Dalam acara yang sama, Deputi Komisioner Pengawas Bank Pemerintah dan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bambang Widjanarko mengatakan, topik yang diangkat Asbisindo ini sangat penting mengingat berbagai tantangan yang dihadapi perbankan, khususnya perbankan syariah. Oleh karena itu melalui penerapan GRC terintegrasi, industri perbankan syariah nantinya diharapkan bisa menghadapi ketidakpastian, maupun risiko perbankan yang semakin kompleks di masa depan.

“Tentu saja bagi perbankan syariah harus beyond dari konvensional. Maka semakin berat kita untuk mempersiapkan hal itu,” ujarnya.

Dia melanjutkan, penguatan implementasi GRC terintegrasi dapat meningkatkan ketahanan dan daya saing perbankan syariah. Sebab, lanjutnya, pemerintah ingin struktur perbankan termasuk perbankan syariah di dalam negeri, mempunyai ketahanan, ketangguhan dan berdaya saing.

“Perbankan syariah ini minimal kualitas layanan dan produknya sama dengan konvensional. Kita harapkan menjadi pilihan bagi masyarakat untuk melakukan transaksi. GRC meskipun 3 huruf tapi dampak dan cakupannya luas. Karena dampak sosial dan ekonominya, serta kaitannya dengan dana sosial saya kira itu luar biasa,” imbuhnya.

Pentingnya Integrasi
Pada kesempatan yang sama, Muliaman Hadad yang merupakan Ketua Dewan Komisioner OJK periode 2012-2017, mengatakan pertumbuhan perbankan syariah sejak tahun 2000 selalu lebih tinggi dari industri perbankan nasional dan selalu double digit. Di sisi lain, secara market share tidak terlalu banyak berubah, masih di kisaran 7%. Oleh karena itu, menurutnya pertumbuhan perbankan syariah yang tinggi sulit berkelanjutan dan memperluas pangsa tanpa didukung dengan compliance dan governance yang baik.

“Artinya bagaimana mengintegrasikan tiga pilar penting dalam GRC ini menjadi tantangan kita. GRC terintegrasi ini menjadi strategi sekarang, integrated approach. Terutama mengelola risiko. Tidak lagi dilihat stand alone function dan dilihat sebagai salah satu cara untuk mendorong pertumbuhan berkesinambungan. Kita tahu good governance adalah salah satu cara untuk membangun ketahanan dari suatu lembaga,” tuturnya.

Oleh karena itu, Muliaman menyebut ada beberapa hal penting yang menjadi fokus agar GRC menjadi lebih terintegrasi. Pertama adalah teknologi. Intinya bagaimana perbankan syariah me-leverage teknologi untuk membangun GRC yang lebih terintegrasi.

Kedua, membangun GRC yang lebih agile. Karena GRC yang agile dapat mengantisipasi berbagai tantangan termasuk cyber risk. Ketiga, agenda besar penerapan GRC ke depan terkait kultur, terutama budaya risiko. “Kita ketahui bersama harus membangun risk culture, dan educate staff untuk membangun teknologi. Membangun risk culture ini menjadi sesuatu yang terus-menerus berlanjut,” katanya.

Keempat adalah membangun isu prinsip environmental, social dan governance (ESG) di dalam konteks GRC. Kelima, pengetahuan mengenai GRC perlu didorong, terutama di kalangan top management. Sebab GRC itu adalah board level responsibility.

“Keenam adalah perubahan peraturan mengenai GRC. Framework ini perlu ada sehingga perbankan kita bisa mengembangkan manajemen risiko, compliance, dan governance. Kemudian ada istilah penting, yaitu AI sehingga data driven manner itu penting. Kita di dalam ekosistem, jadi data driven manner itu harus menjadi part of our GRC in the future,” pungkasnya. (*)

error: Konten dilindungi!!
Exit mobile version