RADARSULBARNEWS

Menyelamatkan Raksasa Pengembara Samudra dari Kepunahan

Perairan Indonesia yang beriklim tropis dan hangat kerap disinggahi hiu paus dan membentuk koloni. Seperti di Sumbawa, Probolinggo, dan Bone Bolango.

Kedatangan wisatawan untuk melihat ikan besar ini secara tak langsung telah mengangkat kesejahteraan masyarakat dan para nelayan di sekitar objek kemunculannya. Jasa penyewaan perahu dan alat menyelam tumbuh subur. Para pemilik bagan juga turut kecipratan uang dari kehadiran wisatawan yang ingin melihat dari dekat kehadiran hiu paus atau menyelam di sekitar bagan. Tentu saja mereka harus membayar sejumlah rupiah kepada pemilik bagan, seperti yang terjadi di sekitar Teluk Saleh.

Hal itu turut ditunjang oleh semakin baiknya kesadaran para nelayan dalam memperlakukan hiu paus terutama saat terjerat jaring mereka. “Kesadaran nelayan yang daerahnya menjadi lokasi kemunculan hiu paus saat ini memang sudah bagus. Sesekali hiu paus mengejar makanan mereka dan terjerat jaring nelayan yang kemudian melepaskannya kembali,” ujar Mahardika.

Upaya Konservasi

Kondisi serupa juga terjadi di kawasan Teluk Tomini, tepatnya di perairan yang berada di Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Jika di Teluk Saleh, para wisatawan harus berjuang dengan menyeberangi perairan selama sekitar dua jam untuk sampai ke lokasi kemunculan hiu paus, maka tidak demikian di Botubarani.

Soalnya, di tempat ini pengunjung hanya cukup menaiki perahu nelayan dan berlayar sekitar 100 meter saja dari bibir pantai sudah dapat berjumpa dengan makhluk raksasa yang disapa munggiango hulalo oleh masyarakat setempat ini. Semua berawal dari peristiwa yang terjadi pada pertengahan Mei 2016 ketika para nelayan dikejutkan oleh kemunculan setiap hari dari hiu paus.

Kendati makhluk laut ini sudah sering muncul di Botubarani sejak dua tahun sebelumnya, kehadiran hampir setiap hari dalam jumlah cukup banyak, mencapai 10 ekor dan berenang hingga ke tepi pantai, menjadi pemandangan tersendiri bagi warga terutama dari luar desa. Terlebih setelah beberapa dari mereka merekam dan menyebarkannya ke berbagai media sosial hingga viral.

Maka, kian hari makin banyak orang datang untuk menyaksikan fenomena menarik ini. Kemunculan hiu paus setiap hari turut ditunjang oleh kehadiran pabrik pengolahan udang di pesisir Botubarani. Apalagi pabrik kerap membuang potongan udang ke laut dan menjadi santapan hiu paus. Satu sisi, kemunculan hiu paus hampir setiap hari dan kedatangan masyarakat untuk berwisata menyaksikan hewan jinak itu memberi berkah bagi nelayan dan penduduk sekitar.

Tetapi di sisi lain, membludaknya wisatawan bahkan sampai 10.000 orang per bulan hanya untuk menonton dari atas perahu atau nekat berenang mendekati ikan hiu paus menimbulkan kecemasan dari para nelayan. Mereka khawatir jika hal itu dibiarkan, bukan tidak mungkin hiu paus akan pergi dari Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) seluas 35 hektare tersebut dan bakal berdampak kepada periuk nasi keluarga.

error: Konten dilindungi!!
Exit mobile version