RADARSULBARNEWS

Inovasi SAPA PETANI Antarkan Kabid PSP Distanpan Polman Muhammad Yunus Jadi Peserta Terbaik PKA XVI LAN Makassar

PESERTA TERBAIK. Kepala Pusjar SKMP LAN, Dr. Muhammad Aswad, M.Si menyerahkan piagam penghargaan kepada Muhammad Yunus sebagai peserta terbaik PKA angkatan XVI.

MAKASSAR RADAR SULBAR — Pusat Pembelajaran dan Strategi Kebijakan Manajemen Pemerintahan (Pusjar SKMP) Lembaga Administrasi Negara (LAN) secara resmi mengukuhkan 80 peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) Angkatan XVI dan XVII Tahun 2025. Seremoni penutupan ini digelar di Auditorium Hasanuddin, Kampus Pusjar SKMP LAN, Makassar, Senin 16 Juni.

Dalam PKA Angkatan XVI, Kepala Bidang Prasarana Sarana Pertanian (PSP) Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpan) Polman, Muhammad Yunus ditetapkan sebagai peserta terbaik pertama. Melalui inovasi “SAPA PETANI” yakni Sistem pemetaan sarana dan prasarana pertanian berbasis spasial untuk meningkatkan akurasi kebijakan. Menjadikan Muhammad Yunus terbaik pertama dari puluhan peserta PKA angkatan XVI ini.

Muhammad Yunus saat dihubungi menjelaskan bahwa inovasi SAPA PETANI muncul dari keprihatinannya terhadap lemahnya sistem data spasial pertanian di Kabupaten Polewali Mandar. Ketidaktepatan penyaluran bantuan dan perencanaan menjadi pemicunya.

“Kami membangun sistem pemetaan digital yang aplikatif dan mudah diakses. Uji coba dilakukan di Kecamatan Wonomulyo dengan dukungan penuh Dinas Pertanian dan Pangan,” terang Yunus.

BACA JUGA:  Pansus Kelembagaan Soroti Bagian Ortala Setda Polman, Konsultasi ke Pemprov tak Libatkan Dewan

Ia berkomitmen mengembangkan SAPA PETANI melalui integrasi ke dalam SKP pegawai, penerbitan surat edaran kepala dinas, pengajuan anggaran untuk pemetaan di 15 kecamatan lainnya, serta pembuatan dashboard publik yang interaktif.

Sementara peserta terbaik kedua diraih drg. Fajar Sidiq dengan inovasi “BARACUDA”, platform digital untuk percepatan layanan donor darah. Terbaik ketiga Irwan dengan inovasi “SIGAP”, sistem pengamanan aset teknologi berbasis akuntabilitas publik.
Sementara angkatan XVII terbaik pertama Ronald Yunus Noya dengan inovasi “D’TRANS 360”, digitalisasi terpadu transmigrasi berbasis spasial. Terbaik kedua Imam Darmawan Makkawaru inovasi “GOVERMENT”, sistem geospasial untuk pengelolaan aset tanah dan terbaik ketiga Nanin Sudiar dengan inovasi SAPA Mulia”, layanan perlindungan sosial kolaboratif bagi perempuan dan anak.

Ketua Squad PKA, Andi Wahyuddin menyampaikan bahwa para peserta berasal dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia, antara lain Pemerintah Kota Makassar, Provinsi Papua Barat Daya, Kabupaten Sorong, dan Kabupaten Tanah Tidung.

BACA JUGA:  Polman Didorong Lakukan Hilirisasi Produk Pertanian

Selama 105 hari atau 908 Jam Pelajaran (JP), peserta mengikuti pelatihan dengan skema blended learning yang mencakup enam tahapan utama: pembelajaran mandiri, e-learning, pembangunan komitmen, pembelajaran klasikal tahap I dan II, hingga aktualisasi kepemimpinan di instansi masing-masing. Pelatihan dirancang untuk membangun kapasitas kepemimpinan adaptif melalui perpaduan teori, praktik lapangan, dan implementasi proyek perubahan nyata. Saat fase klasikal, peserta mengikuti program tinggal penuh (in-campus) dengan dukungan fasilitas penunjang. Di fase luar kampus, pembelajaran daring dimanfaatkan untuk memperkuat pelaksanaan aksi perubahan di lingkungan kerja.

Kepala Pusjar SKMP LAN, Dr. Muhammad Aswad saat menutup kegiatan ini menggaris bawahi pentingnya kapasitas adaptif di tengah dunia yang kian kompleks dan tak menentu. Ia mengutip pemikiran Ronald Heifetz dan Marty Linsky dari Harvard University, bahwa kepemimpinan masa kini bukan semata soal posisi formal, tetapi kemampuan menggerakkan perubahan dalam kondisi tanpa kepastian.

BACA JUGA:  DIGITALISASI BAHASA MANDAR, Strategi Mempertahankan Bahasa Mandar dari Kepunahan di Era Digitalisasi

“Kepemimpinan hari ini tidak cukup hanya dengan kecakapan teknis. Seorang pemimpin harus sanggup membaca arah perubahan, mengelola ketidakpastian, dan membangun energi kolektif di tengah resistensi serta ambiguitas,” ujar Dr. Aswad.
Lebih jauh, Ia menekankan tantangan strategis yang kini membayangi birokrasi: Distraction, yaitu gangguan fokus akibat banjir informasi digital, perubahan pola kerja, hingga tekanan sosial-ekonomi yang dinamis. Artificial Intelligence (AI), teknologi yang mengubah lanskap birokrasi dan menuntut transformasi sistem serta budaya kerja secara mendalam. Dalam kesempatan tersebut, diumumkan pula peserta terbaik dari masing-masing angkatan.

Dr. Aswad menilai inovasi semacam ini adalah wujud nyata dari kepemimpinan adaptif yang menjadi fokus utama pelatihan. Menurutnya, pemimpin tidak boleh melihat kendala sebagai hambatan semata, tetapi sebagai bagian dari medan tempur yang memang harus ditaklukkan.

“Visi dan misi perubahan adalah penunjuk arah. Pemimpin hebat memastikan bahwa setiap tantangan justru menjadi ladang pertumbuhan,” tegasnya. (mkb)

Konten Promosi
error: Konten dilindungi!!