MAMUJU, RADARSULBAR NEWS – Di pelataran Rumah Adat Mamuju, semilir angin laut dari Teluk Manakarra, suara riuh tawa dan semangat ratusan Pramuka muda dari tiga provinsi menggema. Mereka datang bukan sekadar berkemah, melainkan mencintai keberagaman, dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan.
Tegak Prestasi Nasional 2025 resmi ditutup Senin, 30 Juni. Selama lima hari, sebanyak 400 peserta dari Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan tuan rumah Sulawesi Barat, berkumpul di Mamuju dalam ajang Pramuka nasional tahun ini. Bagi Mamuju, ini bukan sekadar pertama kali menjadi tuan rumah, tetapi juga peluang emas menegaskan eksistensinya di tingkat nasional.
Siswi MAN 3 Banjarmasin, Nur Dinda Medina (16), menceritakan perjalanan ke Mamuju adalah pengalaman yang tak akan lekang dari ingatan. “Kami naik kapal hampir seharian, sekitar 23 jam. Capek, tapi semua terbayar saat sampai di sini,” ujar Dinda.
Ia takjub dengan perbedaan yang ia temui. Dari bahasa, suhu udara, hingga budaya. Tapi perbedaan itu tak membuatnya canggung. Justru itulah yang mempererat pertemanan lintas provinsi.
“Kegiatan ini seru sekali. Kami ikut lomba debat parlemen, menari daerah, nyanyi lagu daerah, bahkan bikin proposal bisnis. Semua melatih saya lebih mandiri dan berpikir kritis, belajar menyuarakan suara rakyat, jadi pemimpin sejak dini,” tutur Dinda.
Temannya, Salsabela, yang juga dari MAN 3 Banjarmasin, punya pengalaman berbeda namun tak kalah berkesan. “Siang di sini lebih panas dari Kalimantan, tapi malamnya dingin. Saya sempat demam, mungkin karena adaptasi cuaca. Tapi kami sudah siapkan obat,” kata Salsabela.
Ia bahkan sempat berkunjung ke Pulau Karampuang. “Pemandangannya luar biasa. Lautnya bersih, karangnya indah. Tapi memang perlu perhatian, karena beberapa tangga kayunya sudah lapuk. Teman saya sampai jatuh,” ujarnya.
Ketua panitia kegiatan, Muhammad Rifa’i, menjelaskan bahwa Tegak Prestasi bukan sekadar ajang Pramuka biasa. “Kita ingin memperluas pemahaman bahwa Pramuka itu tak cuma soal ikat temali. Di sini mereka belajar debat, bikin proposal bisnis, hingga simulasi sidang dengar pendapat ala DPRD,” kata Rifa’i.
Ia menegaskan kegiatan ini bukan hanya tentang kompetisi, tetapi proses mendewasakan dan menemukan potensi terbaik dari para peserta.“Dari Sulsel, Sulbar, hingga yang datang paling jauh dari Kalsel, semua berkumpul untuk belajar dan saling menginspirasi,” tambahnya.
Kehadiran para tamu dan tokoh penting juga menjadi bukti keseriusan acara ini. Plh Sekprov Sulbar, Herdin Ismail, menyebut ajang ini sebagai momen emas percepatan kemajuan daerah.
“Dengan datangnya provinsi lain, Sulbar bisa lebih terekspos. Ini jadi ajang pertukaran budaya dan kolaborasi anak muda yang harus terus dijaga,” kata Herdin.
Sementara Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulbar, Erdi Fiat Gumilang, melihat kegiatan ini dari perspektif ekonomi. Ia menambahkan, BI, OJK, dan LPS ikut terlibat langsung untuk membekali para peserta agar bijak dalam mengelola keuangan sejak dini.
“Event seperti ini menggeliatkan ekonomi lokal. Dan yang lebih penting, kami bisa menyisipkan edukasi literasi keuangan pada generasi muda,” kata Erdi.
Di tengah latihan, lomba, dan diskusi, mereka saling mengenal satu sama lain, menghapus sekat-sekat geografis dan budaya. Di Rumah Adat Mamuju, mereka tidak hanya membawa tenda dan seragam, tapi juga harapan, mimpi, dan semangat kolaborasi lintas daerah.(*)