RADARSULBARNEWS

DIGITALISASI BAHASA MANDAR, Strategi Mempertahankan Bahasa Mandar dari Kepunahan di Era Digitalisasi

Oleh. DR. Aco Musaddad HM. (Kadis Kominfo SP Polewali Mandar).

VITALITAS BAHASA DAERAH
Bahasa daerah sejak awal merupakan salah satu pilar penopang kekokohan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun akan kontradiktif apabila bahasa daerah tidak dilakukan pengembangan dan perlindungan oleh semua pihak, dan termasuk pemerintah melalui kebijakan yang mendukung penggunaan bahasa daerah sejak dini.
Ada lima (5) tolak ukur yang dapat dilakukan untuk mendeteksi status bahasa daerah tersebut yaitu :
Pertama: Bahasa Daerah yang aman, yaitu, Bahasa daerah masih digunakan oleh semua anak dan semua orang dalam etnik itu. Terdapat 21 Bahasa Daerah yang aman diantaranya, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Madura, Bugis, Makassar, Aceh, Melayu dst.
Kedua : Bahasa daerah yang rentan. adalah semua anak-anak dan generasi tua masih menggunakan bahasa daerahnya tapi jumlah penuturnya sedikit. Terdapat 24 bahasa daerah yang rentan diantaranya, Bahasa Mandar Sulawesi Barat, Bahasa Gayo Aceh, Bahaha Oirata Maluku, Bahasa Minahasa Sulawesi Utara. Bahasa Mansim Borai Papua Barat, dst.
Ketiga : Bahasa daerah yang mengalami kemunduran yaitu, sebagian penutur, baik anak-anak, remaja, maupun generasi tua tidak lagi menggunakan bahasa daerahnya. Terdapat 12 bahasa daerah yang mengalami kemunduran yaitu, Bahasa Enggano Bengkulu, Bahasa Yalahatan Maluku, Bahasa Ogan dialek Rawas Sumatera Selatan dst.
Keempat : Terancam Punah adalah. Bahasa daerah yang mayoritas penutur berusia 20 tahun ke atas dan generasi tua tidak berbicara kepada anak-anak atau diantara mereka sendiri dengan bahasa daerah. Terdapat 24 bahasa daerah yang terancam punah, diantaranya adalah, Bahasa Konjo Sulawesi Selatan, Bahasa Usku Papua, Bahasa Tunjung Kalimantan Timur, Bahasa Adang Nusa Tenggara Timur dst.
Kelima : Bahasa daerah yang kritis yaitu penuturannya hanya kelompok masyarakat yang berusia 40 tahun ke atas dan jumlahnya sangat sedikit. Terdapat 5 bahasa daerah yang kritis yaitu : Bahasa Retta NTT, Bahasa Saponi Papua, Bahasa Ibo Maluku, Bahasa Meher Maluku Tenggara Barat dan Bahasa Letti Maluku.
Keenam : Bahasa daerah yang punah yaitu bahasa daerah yang tidak ada lagi penuturannya. Terdapat 8 bahasa daerah yang punah yaitu, 2 (dua) dari Papua, Bahasa Tandia Papua Barat dan Bahasa Mawes Papua, kemudian 6 (enam) dari Maluku yaitu Bahasa Kaiely, Piru, Moksela, Palumata, Hukumina dan Bahasa Hoti.(sumber: Badan Bahasa melalui KKLP Kajian Vitalitas Bahasa 2011-2019). Dari 718 bahasa daerah di Indonesia, baru 94 bahasa daerah atau sekitar 10 persen yang dikaji vitalitas bahasanya.

MASA DEPAN BAHASA MANDAR ?
Sumber lain mengatakan terdapat 23 Bahasa Daerah yang nyaris punah diantaranya Bahasa Mandar, menurut Badan Bahasa Kemendikbud terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab utama bahasa daerah di Indonesia mengalami kepunahan diantaranya ; faktor dominasi kebudayaan, faktor politik (kebijakan) dan faktor stigmatisasi bahasa. Dalam konteks Bahasa Mandar yang hampir punah, ketiga faktor tersebut relevan untuk mendeskripsikan kondisi Bahasa Mandar saat ini.
Ini dapat diuji dengan mensurvei kelompok-kelompok keluarga Mandar, apa mereka masih menggunakan Bahasa Mandar di lingkungan keluarga mereka? Pada lembaga pendidikan apa anak-anak sekolah menggunakan Bahasa Mandar dalam lingkungan sekolah mereka masing-masing ? Demikian pula di lingkungan perkantoran, apa para ASN berkomunikasi dalam Bahasa Mandar? Dan pada interaksi sosial, apa masyarakat lebih dominan menggunakan Bahasa Mandar atau Bahasa lainnya? Pada aspek kebijakan, apa pemerintah daerah sudah mengeluarkan kebijakan penggunaan Bahasa Mandar?
Nah jika pertanyaan tersebut disimpulkan bahwa Bahasa Mandar sudah jarang digunakan, maka ini adalah persolan serius dan menunggu waktu yang tidak terlalu lama Bahasa Mandar akan punah.

BACA JUGA:  Wabup Polman Hadiri Munas APKASI VI di Minahasa Utara Sulut

MEMANFAATKAN TEKNOLOGI DALAM PELESTARIAN BAHASA MANDAR.
Digitalisasi Bahasa Mandar merupakan salah satu strategi yang berpotensi untuk melestarikan Bahasa Mandar di era digital saat ini. Dengan memanfaatkan teknologi Bahasa Mandar dapat diakses, dipelajari dan digunakan oleh banyak orang bahkan orang lainpun dapat mempelajarinya terutama generasi muda. Namun dibutuhkan kolaborasi dan integrasi oleh berbagai pihak untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang tersebut.
Strategi Digitalisasi Bahasa Mandar ini dapat meliputi diantaranya ; Pengembangan aplikasi Bahasa Mandar, Pemanfaatan Media Sosial, Penciptaan Konten Digital Bahasa Mandar, Pengembangan Kamus Digital Bahasa Mandar, Penerjemahan Bahasa Mandar ke Bahasa Lain.
Tentunya Digitalisasi Bahasa Mandar ini akan memberikan manfaat diantaranya; Dapat meningkatkan aksesibilitas, Pelestarian Bahasa dan Budaya, Penguatan Identitas, Minat Generasi Muda Meningkat, Informasi Bahasa Mandar semakin luas. Tentunya banyak tantangan yang akan dihadapi dalam pengembangan Digitalisasi Bahasa Mandar diantaranya; Keterbatasan Data dan SDM, Persaingan Bahasa Daerah Lain, Perkembangan Teknologi Yang Cukup Pesat.
Dapat ditarik kesimpulan :
“Bahwa Digitalisasi Bahasa Mandar, merupakan sebuah strategi untuk mendekatkan Bahasa Mandar ke masyarakat terutama kepada generasi muda, dengan memanfaatkan teknologi Bahasa Mandar dapat diakses.
Selain hal tersebut kebijakan pemerintah sangat dibutuhkan melalui “Gerakan Berbahasa Mandar” di berbagai sektor kehidupan sehari-hari dan dari berbagai kalangan”.(*)

Konten Promosi
error: Konten dilindungi!!