MAMUJU, RADARSULBAR NEWS — Tingkat inflasi di Sulbar pada April 2025 tercatat sebesar 3,36 persen secara tahunan (year-on-year), menjadikannya provinsi dengan inflasi tertinggi keempat di Indonesia.
Angka ini juga menjadi yang tertinggi sejak Maret 2023 yang saat itu mencapai 3,89 persen.
Kenaikan harga paling signifikan terjadi di Kabupaten Mamuju, yang mencatat inflasi 3,95 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,99.
Sebaliknya, Majene mencatat inflasi terendah di Sulbar, yakni 3,00 persen dengan IHK 109,14.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulbar, M. La’bi, menyebut upaya pemerintah daerah menekan harga melalui Gerakan Pangan Murah (GPM) belum efektif.
Ia mengibaratkan GPM seperti obat paracetamol, hanya meredakan gejala sementara tanpa menyentuh akar permasalahan.
“Penanganan inflasi sebaiknya difokuskan pada perbaikan distribusi dan stabilitas pasokan bahan pokok,” ujar La’bi.
Ia juga mendorong solusi jangka panjang seperti pembukaan lahan pertanian strategis, terutama untuk komoditas bawang, agar kebutuhan lokal terpenuhi dan berpeluang untuk ekspor.
Inflasi di Sulbar didorong terutama oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami kenaikan sebesar 7,55 persen. Subkelompok makanan bahkan mencatat inflasi tertinggi, yakni 8,01 persen.
Komoditas ikan menjadi penyumbang terbesar inflasi bulan ini. Ikan layang mencatat andil tertinggi sebesar 0,84 persen, disusul oleh ikan cakalang, ikan selar, dan ikan kembung.