MAKASSAR, RADARSULBAR NEWS – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar melaporkan data sementara sebanyak 2.164 jiwa dari 580 kepala keluarga (KK) terdampak banjir tersebar di empat kecamatan di Makassar, Sulawesi Selatan.
“Saat ini tim gabungan sedang melakukan evakuasi warga terdampak banjir. Ada empat kecamatan di lima kelurahan terdampak. Saat ini ada 24 titik lokasi pengungsian,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Makassar Achmad Hendra Hakamuddin, Rabu 12 Februari.
Menurut dia, data sementara di Kecamatan Manggala, Kelurahan Manggala terdapat 13 titik lokasi pengungsian seperti masjid, gedung olahraga dan posyandu tersebar pada Blok 8 dan 10 Perumnas Antang. Tercatat, sebanyak 1.101 jiwa dari 283 KK.
Di Kecamatan Biringkanaya, Kelurahhan Katimbang terdapat delapan titik pengungsian seperti di masjid dan sekolah dengan jumlah terdampak sebanyak 687 dari 192 KK.
Di Kecamatan Tamalate, Kelurahan Mangasa, terdapat satu titik lokasi pengungsi di Masjid Al Ikklas dengan jumlah terdampak 115 jiwa dari 30 KK. Dan di Kecamatan Tamalanrea, Kelurahan Tamalanrea Jaya, terdapat dua titik pengungsian di Masjid H Sulaemana dan Masjid Al Muhajirin, jumlah terdampak 261 jiwa dari 75 KK.
Sejauh ini tim gabungan telah melakukan evakuasi pada sejumlah pemukiman warga terdampak banjir. Tim BPBD Makassar telah menurunkan tim untuk mengirim bantuan sekaligus terus melaksanakan pendataan bagi korban banjir yang terdampak.
Tim Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Kelas A Makassar terus menerima laporan permintaan evakuasi dari berbagai wilayah di Kabupaten Maros dan Kota Makassar dampak banjir dipicu cuaca ekstrem yang berlangsung sejak Selasa lalu.
“Kami menerima laporan permintaan evakuasi dari berbagai lokasi di wilayah Kabupaten Maros dan Makassar yang menjadi lokasi terdampak banjir,” kata Plh Kepala Kantor Basarnas Makassar Haris Supardi.
Hingga saat ini tim yang diturunkan telah melaksanakan evakuasi warga di wilayah Kabupaten Maros maupun Kota yang terkena dampak parah banjir ekstrem akibat cuaca buruk.
Evakuasi berlangsung sejak kemarin di Kabupaten Maros, daerah Samangki, Pammanjengan (Moncongloe) dan Perumahan Racita. Di wilayah Samangki ada empat orang di evakuasi dua orang dewasa dan dua balita.
Sedanngkan di wilayah Pammanjengan (Moncongloe) empat orang, dua dewasa dan dua balita orang dievakuasi termasuk di Perumahan Racita dengan ketinggian air hingga pinggang orang dewasa.
“Untuk menindaklanjuti permintaan evakuasi jika dibutuhkan maka bisa menghubungi call center Basarnas dengan nomor handphone 0811447115,” terang Haris.
Haris juga menghimbau kepada masyarakat agar antisipasi dan tetap waspada dengan bencana banjir di beberapa titik di wilayah Sulawesi Selatan. Evakuasi dilakukan hingga kemarin malam dengan penerangan seadanya.
Tanggap Darurat
Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Fadjry Djufry menyebut banjir ekstrem dipengaruhi hujan lebat yang melanda empat kabupaten dan kota di provinsi itu seperti Kabupaten Maros, Pangkep, Gowa, dan Kota Makassar, sudah dikategorikan berstatus tanggap darurat.
“Dari Pemprov dan Bupati Maros sudah memberikan bantuan, paling tidak ini tanggap darurat. Ini harus dipikirkan solusi permanen secara bersama-sama oleh pemimpin definitif nantinya,” ujar Fadjry Djufry disela memantau Blok 8 Perumnas Antang, Makassar, kemarin.
Menurut dia, melihat beberapa titik banjir, salah satunya di Kecamatan Manggala dan sekitarnya, di Kota Makassar ketinggian air dari betis hingga dada orang dewasa. Bahkan dampak banjirnya telah telah mencapai seribuan orang.
“Jadi ada 1.098 jiwa yang terdampak bencana banjir dan Alhamdulillah kita membantu saudara kita terdampak banjir ini. Memang ke depan kita harus memikirkan solusi permanen,” tuturnya.
Djufry mengatakan laporan dari warga yang terdampak di lokasi bahwa hampir tiap tahun terjadi banjir. Sejak Desember 2024 juga sama terdampak dan tahun ini dampak semakin besar dengan ketinggian air lebih tinggi dari tahun lalu.
“Oleh karena itu bagaimana mitigasi ini supaya dampak banjir ini tidak terulang, Pemkot dan Pemprov serta Kementerian PU (Pekerjaan Umum) agar duduk bersama,” ucapnya.
Saat disinggung dampak banjir kali ini disebabkan pintu air pelimpahan Bendungan Bili-bili di Kabupaten Gowa dibuka sejak kemarin dengan alasan elevasi melebihi batas normal bendungan, kemudian mengalir deras ke sungai wilayah Kabupaten Maros, Gowa, dan Kota Makassar, kata dia, bukan faktor itu
“Pasti ini (buka pintu air bendungan) bukan hanya satu faktor ini. Yang namanya Daerah Aliran Sungai (DAS) harus kita lihat, yang mana memberikan kontribusi yang besar terhadap banjir ini. Karena pasti ada beberapa faktor, termasuk pendangkalan DAS, pengaruh lingkungan di sekitar Kota Makassar,” katanya.
Selain Kota Makassar, lanjut dia, Kabupaten Maros dan Pangkep juga terdampak. Banjir tersebut juga banyak dipengaruhi hujan sedang hingga lebat selama beberapa hari terakhir sehingga debit air bertambah di sungai-sungai.
“Ini pendekatannya harus terintegrasi dari hulu ke hilir, karena ini berulang tiap tahun, sehingga harus ada solusi permanen. Kita tidak inginkan ketika masuk bulan November, Desember, dan Januari, di Sulsel tenggelam (banjir berulang),” katanya.
Selain meninjau titik banjir di Kecamatan Manggala, Djufri juga menyerahkan bantuan pangan kepada korban terdampak di Perumnas Antang, sekaligus memastikan penanganan bencana banjir di daerah itu berjalan dengan baik. (ant/sol)