RADARSULBARNEWS
KOLOM  

Tasawuf dalam Psikologi Pendidikan

Banyak beberapa orang yang mengaitkan tasawuf dengan kejiwaan dalam diri manusia. Oleh sebab itu tasawuf identik dengan unsur kejiwaan. Dalam tasawuf membicarakan tentang hubungan kejiwaan dengan badan. Tujuan dari hubungan jiwa dengan badan adalah terciptanya keserasian diantara jiwa dan badan. Keterkaitan antara tasawuf dan psikologi terdapat dalam psikologi transpersonal yaitu sebuah aliran baru dalam psikologi yang merupakan pengembang dari psikologi humanistic.[5]

Selain itu psikologi dan tasawuf juga:

Pertama Memiliki konseptual tentang potensi manusia.

Para ilmuwan muslim sepakat bahwa semua umat manusia terlahir dalam keadaan suci atau fitrah, yang dimaksud dengan fitrah itu adalah manusia dilahirkan tanpa adanya dosa yang ada pada dirinya. Bahkan manusia sendiri mempunyai potensi untuk taat kepada Allah SWT. Konsep fitrah mempunyai persamaan dengan konsep para ahli psikolog humanistic yaitu menekankan pada hakikat manusia yang fundamental. Menurut mereka manusia mempunyai kemampuan yang sangat besar. sayangnya manusia hanya menggunakan sebagian kecil saja. Kebanyakan manusia lebih didominasi oleh faktor eksternal yang berujung  pada kejahatan.

Kedua Memiliki persamaan pada konsepsi perkembangan jiwa manusia

Manusia adalah makhluk yang mempunyai potensi dan peluang untuk mengembangkan potensi tersebut, manusia harus memilih untuk maju atau mundur, pilihan ini ditentukan oleh psikologis manusia. Dalam (QS. Ar-Ra’d 13/53) sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri. Ayat ini menunjukkan dengan sangat jelas bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh pilihannya sendiri.

BACA JUGA:  Tempat Persembunyian Pejuang Lawan Penjajah, Pesona Air Terjun Limbong Parengnge Kelapa Dua

Psikologi dan tasawuf dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang membahas tentang jiwa manusia dan berperan dalam memberikan solusi dan berbagai jenis permasalahan manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kaidah-kaidah yang terkandung dalam tasawuf dapat dijadikan sebagai sarana terapi psikologis. Tasawuf sama sekali tidak bertujuan untuk mengubah model terapi psikomodern dan terapi medis dengan terapi sufis yang penuh dengan spiritualitas, namun terapi sufis hadir sebagai pelengkap dan penyeimbang terhadap terapi yang ada dengan cara mengoptimalkan kemungkinan kekuatan seseorang untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Tasawuf tidak dapat dengan metode-metode logis atau rasional. Di era modern ini, tasawuf semakin membangkitkan minat umat Islam terhadap pengamalan ajaran tasawuf. Adapun beberapa cara untuk merealisasikan dalam bertasawuf yaitu :

Pertama Takhalli (penarikan diri)

Seorang hamba yang ingin mendekatkan diri kepada Allah harus menghindari segala sesuatu yang mengalihkan perhatiannya dari Allah. Takhalli berarti mengosongkan atau membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan dari penyakit hati yang merusak. Hal ini dapat dicapai dengan cara menjauhkan diri dari kemaksiatan dan berusaha membebaskan diri dari hawa nafsu yang jahat. Sebagai seorang muslim, kita harus selalu berusaha menjauhi sifat-sifat tercela.[6]

BACA JUGA:  Kisah Sukses Sahuda Budidayakan Nanas, Omzet Puluhan Juta Sekali Panen

Kedua Tahalli (berhias)

Tahalli artinya adalah membiasakan diri dengan sikap dan perbuatan yang baik. Selalu berusaha untuk memastikan bahwa apa yang dilakukan selalu berlangsung sesuai aturan agama. Tahalli adalah meditasi secara sistematis dan metodis, menggabungkan kesadaran dan pikiran untuk perenungan kepada Allah. Tahalli ini merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan pada tahap takhalli. Pada dasarnya, jiwa manusia dapat dilatih, dikendalikan, diubah, dan menurut kemauannya sendiri. Ada beberapa cara untuk menghiasi diri kita agar selalu mendekatkan diri kepada Allah yakni : Zuhud, Qona’ah, Sabar, Tawakal, Mujahadah, Ridha, Syukur, dan ikhlas.

Ketiga Tajalli (nampak kebenaran)

Tajalli artinya yaitu mengharapkan agar jiwanya memperoleh pencerahan. Tajalli adalah tanda-tanda yang Allah tanamkan pada manusia agar dapat diamati. Setiap tajalli akan memberikan cahaya yang melimpah sehingga seseorang yang menerimanya akan merasakan kebaikan di dalamnya. Para ahli tasawuf mengatakan bahwa tasawuf tidak lain adalah menjalani takhalli (hati), tahalli (diri), dan tajalli (jiwa) yaitu mengosongkan jiwa dari sifat buruk, menghiasi jiwa dengan sifat yang baik dengan tujuan untuk bersaksi dengan penglihatan hati bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah. Psikologi pendidikan dengan tasawuf merupakan ilmu yang memiliki hubungan sangat erat. Tasawuf dan psikologi merupakan ilmu yang saling melengkapi terhadap pendidikan yang kita pelajari. Psikologi pendidikan dan tasawuf sama sama memiliki konseptual tentang potensi manusia dan memiliki persamaan pada konsepsi perkembangan jiwa manusia.

BACA JUGA:  Kisah Sukses Sahuda Budidayakan Nanas, Omzet Puluhan Juta Sekali Panen

[1] Asmara As, A. Syadzali, Arni, “Ajaran Mengenal Diri (Studi Naskah Tasawuf Yang Berkembang di Kalimantan Selatan), Taskwir, Vol.3, No.6, (April-Juni 2015), hal 163.

[2] Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya. (Yogyakarta: Budi Utama, 2012), hal 51-52.

[3] Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Yogyakarta: Budi Utama,2012), hal 98

[4] Ina Magdalena, Psikologi Pendidikan Sekolah Dasar (Sukabumi: CV Jejak, anggota IKPI: 2021 hal. 8.

[5] Harahap, K. (2013). Hubungan Antara Tasawuf dan Psikologi. 2013.

[6] Syukur, Menggugat Tasawuf. H.30

Konten Promosi
error: Konten dilindungi!!