POLMAN, RADARSULBARNEWS — Dua perahu Sandeq tradisional dari Komunitas Bahari Mandar melakukan Ekspedisi Bajau Sulawesi. Pelepasan dua perahu Sandeq dilakukan oleh Kementerian Kebudayaan RI bersama Pj Bupati Polman Mu Ilham Borahima di Pantai Palippis Desa Bala Kecamatan Balanipa, Sabtu 23 November.
Dua perahu Sandeq tradisional ini membawa misi kebudayaan dan akan menyusuri jalur Mandar – Luwuk Bangai dengan melintasi jalur teripang Bajau dengan ekstimasi waktu 50 hari kembali lagi ke Mandar.
Ekspedisi Bajau Sulawesi ini merupakan kerjasama Kementerian Kebudayaan RI dengan Komunitas Bahari Mandar. Pelepasan dua perahu Sandeq ini selain dihadiri Pj Bupati Polman dan Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Polman, Andi Rajab juga ada perwakilan Kementerian Kebudayaan, Muhamad Atqa.
Dua perahu Sandeq dengan 10 orang awak ini akan menyusuri jalur Teripang atau jalur rempah-rempah selama 50 hari. Tujuan ekspedisi ini dalam rangka melestarikan perahu tradisional Sandeq sebagai warisan budaya benda nasional.
“Serta melihat jalur sejarah atau jalur teripang, jalur Bajau memakan waktu selama 50 hari, sepanjang 3.000 kilometer,” kata Ketua tim kerja diplomasi budaya Kementrian Kebudayaan, Mohamad Atqa kepada wartawan.
Ia menerangkan, para pelaut ulung dari tanah Mandar ini diharapkan tiba pada 11 Desember di Banggai. Di Pulau Banggai sendiri akan berlangsung festival Lupus Selebes mengangkat ekosistem laut, terutama pangan laut dan bahari.
Salah satu rangkaian festival ini kata Mohammad Atqa adalah kongres budaya Bajau dihadiri delegasi Asean.
“Dalam kongres tersebut kami membicarakan isu-isu permasalahan suku laut dan juga bahan kerja sama, nantinya mengangkat tradisi maritim untuk didaftarkan warisan budaya Unesco,” lanjutnya.
Ia juga menyampaikan, kegiatan ini merupakan kegiatan lintas negara dalam mengangkat tradisi maritim jadi dominasi warisan budaya Unesco.
Atqa menyebut dalam ekspedisi ini berangkat pelaut tradisional dari komunitas Bahari Mandar. Selama perjalanan mereka akan mengambil dokumentasi hingga diskusi budaya sebagai bahan riset.
Sementara itu ketua tim ekspedisi, Muhammad Ridwan Alimuddin mengatakan dua perahu sandeq tradisional ini beranggotakan 10 awak.
“Tiga pelaut Mandar profesional, lima anggota pecinta alam dari Universitas Hasanuddin,” kata Ridwan Alimuddin.
Dia menerangkan dalam perjalan akan singgah di pulau-pulau kecil, mengambil dokumen tradisi lisan suku Bajau.
Ridwan mengatakan perjalanan akan menghabiskan waktu kurang lebih 50 hari dengan jarak kurang lebih 3.000 kilometer.
Sembari berharap dalam perjalanan ini tidak ditemukan kendala berarti, sampai dan kembali pulang dengan selamat.
“Ini sudah masuk musim barat, kalau masuk wilayah timur Sulawesi, insya Allah sudah teduh, persiapan utama itu perahu sandeq tradisional yang sudah tua,” ujarnya.
Pegiat literasi budaya kemaritiman bahari Mandar ini menyebut dua perahu Sandeq sudah berusia 40 tahun, dipersiapkan selama satu bulan.
Ridwan menambahkan tujuan utama ekspedisi ini untuk membawa tradisi orang laut suku Bajau sebagai warisan budaya tak benda di Unesco.
Sehingga dibutuhkan riset kontemporer lewat sebuah ekspedisi sebagai salah satu bahan pengetahuan. “Salah satunya yakni antara suku Bajau dengan suku Mandar sangat memiliki hubungan erat dalam kemaritiman, nama pulau hingga benda pusaka,” ungkap sejarawan Mandar ini.
PJ Bupati Polman Muh Ilham Borahima menyampaikan, ini adalah salah satu wadah untuk memperkenalkan Sandeq dimata internasional melalui jalur expedisi jalur Teripang Luwuk-Banggai.
“Kita berharap perahu Sandeq yang asli dari budaya suku Mandar memiliki simbol keberanian, kolaborasi serta kerjasama serta keterampilan dan kepatuhan hukum alam yang diharapkan dapat memperkenalkan Mandar bahwa di Sulbar ada perahu sandeq tanpa mesin yang hanya ada di Polman,” jelas Ilham Borahima.
Ia berharap dengan adanya promosi ini, event perahu sandeq yang digelar dimasa akan datang akan banyak menarik wisatawan berkunjung ke Sulbar. (arf/mkb)