MAMUJU, RADARSULBAR NEWS — Karampuang menawarkan bawah laut yang memukau,
hanya saja sektor pariwisata di pulau ini masih belum dapat dimaksimalkan.
Hal tersebut ditekankan akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad
Sulhan, saat mendampingi mahasiswanya menjalankan program Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Pulau Karampuang.
Menurutnya, pembangunan ekosistem bisnis pariwisata di pulau tersebut belum
terbangun dengan baik.
Membangun sektor pariwisata, kata Zulhan, mesti dikerjakan secara holistik. Dimulai
dari mempersiapkan mindset masyarakat agar dapat menjadi penggerak pariwisata,
kemudian aspek budaya masyarakat mesti diperkuat, sehingga para wisatawan yang
berkunjung tidak hanya disuguhkan pantai, tetapi juga dapat menyatu dengan budaya
setempat.
Dosen Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik itu, juga
menekankan pentingnya membangun sistem manajemen transportasi, agar para
pelancong mendapatkan kepastian informasi. Hal itu dapat dibangun dengan
membentuk asosiasi pengelola transportasi laut.
“Kepastian informasi terkait waktu kunjungan mesti tersedia, agar wisatawan merasa
tenang saat berkunjung,” kata Sulhan, Desa Karampaung, Mamuju, Sabtu 17 Agustus.
Selebihnya, lanjut Sulhan, adalah bagaimana menciptakan ekosistem penyangga
seperti penyediaan oleh-oleh khas Karampuang.
Dia berharap Pemkab. Mamuju senantiasa bersinergi untuk memperhatikan
pembangunan pulau Karampuang.
Salah satu peserta KKN UGM, Krista Satya Nugraha mengungkapkan, selama
menjalani KKN kurang lebih 50 hari di pulau Karampuang, ia mengeluhkan soal
minimnya ketersediaan air bersih, serta keterbatasan akses jalan dan listrik di pulau
tersebut.
Mahasiswa Arkeolog UGM itu berharap, kendala yang dihadapi oleh masyarakat pulau
Karampuang, mendapat perhatian dari Pemerintah daerah.
Untuk diketahui, KKN yang dilakukan oleh Mahasiswa UGM di Pulau Karampuang
merupakan kedua kalinya. Sebelumnya UGM telah menempatkan mahasiswanya di
pulau tersebut tahun 2019 silam.
Adapun jumlah mahasiswa yang mengikuti KKN di pulau tersebut sebanyak 30 orang
yang ditempatkan di dua dusun yaitu Dusun Karampuang dan Ujung Bulo.
Kegiatan KKN tersebut dimulai 1 Juli hingga 20 Agustus.
Beberapa kegiatan utama yang terlaksana seperti membuat penampungan air hujan
yang berfungsi untuk pembersihan air hujan, membuat penerangan jalan menggunakan
tenaga surya, membuat tempat pemandian umum, serta melatih masyarakat mengelola
hasil perikanan, termasuk mendorong pelestarian kearifan lokal dengan festival budaya.
(irf/jsm)