MAMUJU, RADARSULBAR NEWS – Kemarau panjang akibat fenomen El Nino tidak hanya memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), melainkan ikut menggerus pasokan listrik di wilayah Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara (Sulselbartra).
Pemadaman bergilir terpaksa dilakukan PLN Unit Induk Distribusi (UID) Sulselrabar. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan PLT Mini Hidro (PLTM) tak mampu lagi menyuplai daya secara maksimal karena pasokan air di pembangkit tersebut tidak mencukupi.
“Kami memohon doa agar debit air bertambah dan pola pengoperasian dapat maksimal,” kata General Manager PLN UID Sulselrabar, Moch. Andy Adchaminoerdin, dalam rilisnya.
Pihaknya telah menjalankan berbagai upaya. Salah satunya dari Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di daerah aliran sungai lokasi PLTA PLTA Poso, Bakaru, Malea dengan harapan PLTA/PLTM bisa dapat air dan listrik bisa produksi normal kembali.
“Dengan sangat terpaksa melakukan pengurangan beban (Pemadaman) secara bergilir ke masyarakat. Hal ini dilakukan agar listrik tidak terjadi Black Out,” bebernya.
Total daya mampu pembangkit berbasis air sebelumnya bisa operasi 850 Mega Watt (MW). Sat ini hanya mampu pasok listrik saat siang hari 200 MW. Kemudian malam hari 300 MW. Sehingga terjadi defisit kurang lebih 500 MW.
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu di Tolo dan Sidrap yang semula bisa memasok daya 150 MW, saat ini hanya bisa Pasok 20-30 MW. Minus 130 MW karena sangat bergantung dengan angin. Lalu, pasokan dari Pembangkit Listrik Fosil saat ini sudah dimaksimalkan.
“Sehingga mengakibatkan keterbatasan daya di Sistem Sulawesi Bagian Selatan yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Palu dan daratan Sulawesi Tenggara,” ujarnya.
Warga Mamuju pun mulai merasakan dampak dari kebijakan PLN tersebut. Pemadaman listrik secara bergiliran terjadi sejak malam tadi. Warga pun mengantisipasi pemadaman listrik dengan berbondong-bondong membeli lampu cas.
“Sejak tahu dari pemberitaan, kita beli lampu cas biar kalau malam tidak kegelapan,” tandas salah satu warga di Mamuju, Eryanto.