“Kita ketahui bahwa salahsatu penyebab anak stunting itu juga karena kesakitan diare dan cacingan pada balita. Oleh sebab itu, pembangunan sanitasi untuk masyarakat sangat dibutuhkan. Pemerintah daerah harus melakukan pembangunan instalasi pengolahan limbah sanitasi, ini sangat baik untuk upaya pencegahan stunting,” ujarnya.
Brian menambahkan, penyakit yang dipicu oleh sanitasi ini beda dengan yang ditimbulkan oleh permasalahan pangan dan gizi. Kalau permasalahan pangan dan gizi bisa secara individual, tetapi kalau penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi bisa secara komunal.
“Jadi masyarakat 100 persen harus memiliki sanitasi, tidak bisa ada masyarakat yang buang air besar di sembarang tempat,” tambahnya.
Brian berharap, stunting di Sulbar bisa turun secara signifikan ke angka 14 persen sampai tahun 2024 sesuai target Presiden RI Joko Widodo.
Dari 12 provinsi yang bermasalah dengan stunting, kasus stunting di Sulbar bukannya mengalami penurunan, tapi malah naik. Jadi ini menjadi penting dari kami untuk membantu mencari permasalahannya ada dimana.
“Dengan pengalaman yang kita miliki, diharapkan bisa menemukan apa sih permasalahan angka stunting di Provinsi Sulbar dan mencarikan solusi dan jalan keluarnya,” ujar Brian.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Sulbar Resky Murwanto berharap dengan adanya kunjungan monev maka proses percepatan penurunan stunting di Sulbar bisa segera terwujud.
“Dengan kunjungan tim monev ke Sulbar, kita berharap permasalahan stunting di Sulbar bisa segera di atasi,” harapnya. (ian)