RADARSULBARNEWS
KOLOM  

Saset Kompor

Dahlan Iskan (Disway).

Kotak pun ditutup. Air mendidih. Kotaknya saya pegang: panas sekali. Uap didih keluar dari lubang kecil di penutup kotak. Sekitar 12 menit kemudian tidak ada uap lagi. Pertanda nasi sudah masak.

Saya buka tutup kotak itu. Uap mengebul. Masih panas. Nasi panas. Kare panas. Merangsang selera makan pagi setelah satu malam kedinginan.

Nasinya punel sekali. Seperti nasi Jepang. Saya tahu: ini berasnya pasti dari Tiongkok bagian Dongbei. Jagung ketan pun awalnya dari provinsi Heilongjiang dan sekitarnya.

BACA JUGA:  Nahkodai Komunitas Anak Manakarra, Taufiq Hidayat Komitmen Lestarikan Budaya

Rasa karenya sudah disesuaikan dengan lidah Tiongkok. Tidak terlalu menyengat –seperti di tempat asalnya, India. Banyak orang Tiongkok kini sudah suka kare.

Itulah sarapan seharga sekitar Rp 50.000. Saya tidak menghabiskannya. Saya khawatir kembali diejek sebagai si tembem. Atau si perut buncit.

Timbangan saya sudah 72 kg –turun 3 kg sejak di rumah bambu.

BACA JUGA:  Haji Sebagai Inspirasi Perubahan

Makanan instan kian banyak jenisnya. Juga kian disukai. Jangan-jangan begitu juga pemimpin instan. (*)

Konten Promosi
error: Konten dilindungi!!