“Yang ditakutkan nanti ada lagi penambahan debit air untuk proyek ini. Akibatnya air akan berkurang, para petani pasti tidak dapat lagi mengairi sawah mereka dengan baik,” tutur Ambar.
Lanjutnya, setelah pemasangan pipa selesai warga mengaku takut akan terjadi penambahan debit air, seperti yang sempat terjadi pada tahun 2018 silam di Kecamatan Tapango.
“Untuk itu kami hadir disini sepakat menolak program pemasangan pipa, jangan sampai tragedi 2018 terjadi lagi,” tandasnya.
Sementara itu, perwakilan BPPW Sulbar Husain menyampaikan, untuk pemasangan pipa sementara waktu dihentikan setelah mendengar aspirasi penolakan warga dan kordinasi ke Pemkab langkah selanjutnya untuk memberikan pemahaman ke warga.
Seharusnyakata dia Pemkab Polman lebih dulu melakukan sosialisasi kepada masyarakat desa sebelum pekerjaan fisik dilakukan.
“Hal yang semacam ini harusnya sudah dikondisikan oleh teman-teman Pemkab, karena seharusnya ketika kami turun sudah tidak ada lagi kendala,” ujar Husain.
Sementara terkait penyelesain masalah tersebut, Husain menyerahkan seluruhnya kepada Pemkab Polman agar masyarakat bisa menerima kegiatan tersebut sehingga proyek dapat kembali dilanjutkan.
Ia juga menjelaskan, tujuan pemasangan ini untuk memaksimalkan penyaluran air bersih di dua kecamatan yakni Tapango dan Wonomulyo.
Menyikapi penolakan dari masyarakat, Pemkab Polman mengatakan, akan berupaya melakukan pendekatan persuasif kepada masyarakat agar kegiatan tersebut dapat dilanjutkan.
“Kita kan melakukan langka persuasif ke masyarakat untuk lebih memahami dampak positif dari program tersebut.” tutur Asisten Ekonomi Pembangunan Pemkab Polman Sukirman Saleh.